Oleh M. Yus Yunus
Laporan dari Layar Desainer
Inilah Gilang Prasetyo Hadi dan Sejajar. Sudah saatnya musisi muda berambut kriting ini menjawab segala tuduhan publik kepadanya yang mengatakan bahwa Sejajar akronim dari Seniman Jarang-jarang. Karena sepanjang yang saya tahu, Sejajar memiliki dasar pemikiran yang dalam tentang bermusik dan bersosial.
Kala itu pada masa pandemi dan keadan ekonimi yang terus menghantui pemuda milenial seperti kami. Secara mengejutkan musisi berambut kriting itu datang ke kediaman saya membawa tentengan yang berisi gitar lamanya. Kami mengulik beberapa lagu yang dahulu sempat kami nyanyikan saat masih aktif melakoni jam perkuliahan pagi. Aktivitas yang biasa-biasa saja memang membawa kebosnan, dan aktivitas yang tidak biasa perlahan-lahan akan menjadi biasa, dan lebih lanjut lagi dapat memberikan efek kebosanan. Dengan pemikiran demikian, Gilang memutuskan untuk membentuk sebuah managemen di mana Boni sebagai Produser, dan saya sebagai Desainer untuk lagu-lagunya. Di sinilah Sejajar mulai dibicarakan lebih dalam.
Sejajar adalah sebuah pemikiran tentang bermusik dan bersosial. Sejajar digambarkan seperti sebuah baju yang membungkus kursi, kemudian di sebelah kanannya terdapat sebuah gitar yang berdiri menyandar. Logo sejajar ini memiliki maksud bahwa dengan musik semua orang bisa bersatu, dengan musik pula semua orang terlihat sama. Akan tetapi bahan kayu yang digunakan untuk membuat kursi dan gitar adalah benda yang semula hidup kemudian dimatikan (ditebang), mereka dihidupkan kembali oleh tangan perajin menjadi sbeuah benda yang memiliki fungsi (kursi dan gitar). Seperti inilah harapan Sejajar di masa yang akan datang. Ia tidak akan mati meskipun dimatikan, Ia akan kembali hidup dan berfungsi layaknya gitar dan kursi. Ia akan tetap hidup meskipun tidak diduduki, dan meskipun tidak dimainkan. Sejajar bukanlah Seniman Jarang-Jarang, Sejajar adalah hasil dari sebuah pemikiran yang berarti setara dan serasa dengan musik di telinga.
Sejajar bergerak bangkit saat pandemi memberikan ancaman kepada pemuda seperti kami. Akan tetapi acaman dan peluang justru bukanlah sebuah perbedaan apalagi di tangan manusia yang tidak mau kalah dengan keadaan. Meskipun pada akhirnya kita akan kalah dengan kematian, namun setidaknya Sejajar telah melakukan sebuah perjuangan besar antara bermusik, kecemasan, jiwa muda yang berapi-api, keadaan zaman, dan mimpi.
Kali ini Sejajar kembali dengan menerbitkan Albumnya yang bernama “kembali”. Sejajar bukan Seniman Jarang-Jarang. Sejajar sudah ada di platform youtube, sportify, instagram, dan tiktok. Sejajar tidak berhenti dan diam menunggu waktu. Ia mungkin telrihat hilang, namun bukan Sejajar yang hilang. Karena lagu-lagu Sejajar sudah dapat diperdengarkan dimana saja dan kapan saja. Sejajar seperti tidak terlihat bukan karena Sejajar jarang-jarang muncul kepremukaan, Tercatat Gilang Prasetyo Hady dan Sejajar masih sering manggung di Kelapa Dua, Tangerang, dan daerah Jabodetabek lainnya setalah nama itu dibuat. Hanya saja Sejajar layak untuk didengarkan, seperti lagunya yang berjudul “Kembali” menceritakan tentang kembalinya idealis muda untuk bangkit dan tetap hidup di tengah sulitnya membuat harapan. Kemudian judul lagu “Sisi Garis Hitam” mengisahkan seorang perempuan yang berjuang mencari penghidupan untuk anak belitanya, meskipun melalui jalan yang penuh kegelapan. Selanjutnya ada lagu berjudul “Hukum Negeri” dan “Berhenti Tuan” yang berusaha memprotes keadaan politik di negeri ini.
Sejajar bukan hanya grup musik yang menawarkan lagu, tetapi juga berusaha menyampaikan kegelisahan zaman. Lagu-lagu Sejajar mungkin kita rasakan saat ini, di tempat kerja, di lingkungan masyarakat, dan apa yang kita alami di negeri ini.
***
Suatu haru saat pandemi datang menyerang kesibukan, tiba-tiba saja waktu menyuruh kita untuk beristirahat. Dan ternyata semalas-malasnya orang, mereka malas jika harus terus setiap pagi bermalas-malasan. Kita terlalu dini untuk beristirahat menikmati waktu. Atas gagasan tersebut, kami melalukan beberapa agenda pertemuan, di mana saya diminta oleh Sejajar untuk membuat akun sosial media dan logo. Kami hampir tidak punya catatan pasti kapan agenda kita dimulai, karena kami tidak pernah berpikir bawah waktu itu akan menjadi titik keberangkatan kami. Akan tetapi Sejajar harus segara dimulai sebagai tanda bahwa kita belum menyerah pada keadaan.
Sejajar dan Gilang Prasetyo Hady adalah potret pemuda yang menentang kekalahan. Perjalanan Sejajar dimulai dari sebuah tongkorngan, layaknya anak muda yang gemar bermain gitar dan menyanyikan sebuah lagu ditemani segelas kopi gelas plastik. Sebuah tongkrongan di tengah hirup pikuk kota yang membawa mitos pendidikan dan kemajuan zaman. Lambat hari aktivitas itu menemukan titik jenuh dan kebosanan sendiri bagi Gilang Prasetyo Hady yang kala itu berstatus sebagai mahasiswa aktif kelas pagi. Suatu hari datang sebuah masalah tentang pandangan hidup, dan persahabatan yang akhirnya ditemukan sebuah keputusan untuk pindak ke kelas malam.
Kejenuhan dan kebosanan terus menyerang Gilang tatkala Ia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup harus terus berjalan layaknya matahari yang terus bersinar menerangi tata surya. Perkuliahan malam terus digelutinya demi menyambung cita-cita dan harapan orang tua. Namun Ia semakin jenuh jika tidak melakukan apa-apa selain menjadi mahasiswa. Selain memutuskan untuk mencari pekerjaan, Gilang juga mulai menyibukan diri dengan komunitas RAK. Dari komunitas ini bakatnya bermain musik kian hari kian terasah. Motivasi kerap didapatkannya melalui bibir-bibir rekan-rekannya di komunitas, yang mungkin tidak sepenuhnya mengetuk pintu hati Gilang untuk menciptakan sebuah lagu. Namun karena dorongan yang terus menerus disampaikan oleh para sahabat dan senior-seniornya seperti Khardi Ansyah, Yudha (Tunas Muda), Beben dan rekan lainnya Gilang pelahan-lahan mulai memunculkan potensi dirinya.
Muhamad Yus Yunus atau M. Yus Yunus Redaktur Website adakreatif.id |