Hidup dan Kenihilan

 

Oleh Kardi Ansyah

Hiruk pikuk kehidupan modern yang penuh tekanan, tuntutan, hingga ambisi yang tidak terealisasikan, menghasilkan banyak pertanyaan dalam kepala tentang apa makna hidup sebenarnya. Kaki-kaki terus melangkah meski kelelahan, mulut seakan mengutuk dan memaki setiap kegagalan, kegagalan menemukan makna hidup. Sampai pada waktunya kenihilan melumat semua yang ada. Menjadi sebuah perspektif yang menarik ketika kenihilan menjadi sebuah jalan alternatif di tengah desakan isi kepala yang terus-menerus memikirkan problematika hidup. Kenihilan menekankan pengakuan terhadap sifat transien dan tidak ada artinya dari segala hal apa pun di dunia ini. Di dalamnya, kenihilan, melahirkan kondisi paradoks yang pada akhirnya menemukan kebahagian, kedamaian, atau mungkin (hal ini agak kontradiktif), yakni makna hidup yang tidak pernah terpikirkan oleh kepala.

Kenihilan adalah ide atau gagasan tentang ketiadaan substansi atau keberadaan sejati dalam realitas kehidupan, yang sedikit terdengar menakutkan dan mengganggu pada awalnya. Namun, tidak ada salahnya menengok sedikit untuk melakukan refleksi yang mendalam, di mana dapat mengintegrasikan perspektif ini ke dalam hidup dan mengorek manfaatnya. Dengan memandang hidup sebagai kenihilan, berarti membebaskan diri dari tekanan ada atau tiadanya relasi sosial dan ekspektasi yang kerap menjadi beban berat. Beban yang menumpuk di kepala, yang melandaskan pikiran untuk segera meledakan isi di dalamnya. Dengan mengadopsi perspektif ini kehidupan tidak lagi direcoki definisi mainstream seperti pencapaian material atau evaluasi dari orang lain, tetapi oleh eksistensialisme, experience, dan kepuasan pribadi.

Berbicara kenihilan tentu tidak lepas dari sebuah istilah filosofis bernama nihilisme, sebuah pandangan filosofi yang muncul di abad ke 18. Sejarah pandangan nihilisme pada dasarnya bermula dari kritik terhadap pandangan hidup sebelumnya yang terkesan glamor dan berorientasi materialistis. Paham ini mulai berkembang pada abad ke-18 dan mengalami perubahan seiring waktu sesuai dengan tokoh-tokoh yang mengusungnya, termasuk Friedrich Jacobi, Søren Kierkegaard, Ivan Turgenev, dan Friedrich Nietzsche, yang terkenal dengan kutipannya "Tuhan telah mati.". Hingga abad ke-20, muncul banyak pandangan nihilisme yang memunculkan berbagai macam bentuk perspektif dengan banyak variasi. Meskipun ada banyak posisi dan variasi pada nihilisme, semuanya bekerja di sekitar premis ketidakberdayaan yang menyebar dan tidak ada tujuan yang pasti dalam hidup.

Dalam menghadapi ketidakjelasan dan kompleksitas kehidupan, pandangan kenihilan dapat memberikan fondasi yang stabil dan kedamaian batin. Dengan membebaskan diri dari ikatan materialisme yang tak ada akhirnya, kita dapat menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan, tanpa atau saling ketergantungan, dan keterhubungan dengan alam semesta. Memandang hidup dengan kenihilan adalah sebuah undangan untuk menjalani hidup dengan penerimaan, kesederhanaan, dan kedamaian yang melebihi pencapaian dan keberhasilan duniawi.

Menatap hidup sebagai kenihilan, individu dapat melibatkan diri dalam refleksi mendalam yang memungkinkan individu menggali manfaat yang lebih dalam, bukan hanya sebuah tragedi berujung kesengsaraan, tapi yang berujung pada anekdot, tertawa terbahak-bahak ketika mengenang ke-tolol-an apa yang pernah terjadi. Proses refleksi ini memungkinkan adanya intropeksi, kesadaran diri, dan penilaian objektif terhadap diri sendiri. Individu menjadi lebih terhubung dengan nilai-nilai dan tujuan yang sesuai dengan otentiknya mereka, dan mungkin menemukan bahwa beban berat yang sebelumnya dirasakan sekarang lebih ringan atau bahkan hanya sebuah komedi.

Dalam refleksi yang mendalam, individu dapat mengeksplorasi dan memahami sumber-sumber kebahagiaan dan kepuasan yang mendasar dalam hidup, seperti hubungan pribadi yang berarti, pencapaian pribadi yang bermakna, dan kesadaran akan diri dan dunia di sekitarnya. Dengan membebaskan diri dari tekanan ekspektasi eksternal yang seringkali tidak realistis atau harapan yang tidak berkelanjutan, individu dapat fokus pada apa yang benar-benar penting bagi diri sendiri dan hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Hal ini membuka peluang untuk mengalami kedamaian batin dan kebebasan emosional. Dengan memahami keterbatasan dan ketidakpastian kehidupan, individu dapat mengembangkan sikap terbuka dan fleksibel terhadap perubahan dan tantangan yang tiba-tiba saja datang. Hal ini mungkin menjadikan diri lebih mampu menerima ketidaksempurnaan, melibatkan diri dalam proses pembelajaran sepanjang hayat, dan menikmati momen-momen kecil yang bernilai dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu aspek penting dalam memandang hidup dengan kenihilan adalah mengakui ketidakpastian dan perubahan sebagai bagian tak terpisahkan dari pengalaman hidup manusia. Kita sering kali terjebak dalam upaya untuk mengendalikan segala hal dan mencari kepastian yang abadi. Namun, dalam realitasnya adalah hidup selalu bergerak, berubah, dan tidak ada yang tetap. Dengan menerima ketidakpastian ini, kita dapat menemukan kedamaian dalam diri kita, menghilangkan kecemasan dan tekanan yang disebabkan oleh perubahan yang tak terelakkan.

Selanjutnya, memandang hidup dengan kenihilan membuat kita belajar untuk mencoba melepaskan identifikasi yang berlebihan dengan hal-hal materi, pencapaian, atau status sosial. Sesuatu yang membuat diri terperangkap dalam keinginan yang tak terpuaskan dan selalu ingin lebih. Tetapi, dengan menyadari bahwa semua hal tersebut hanya sementara dan tak berarti secara inheren, kita dapat sedikit melonggarkan atau sekaligus melepas ikatan kita dengan benda-benda materi dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dan tak berwujud seperti hubungan, keindahan alam, dan momen kecil kehidupan sehari-hari.

Memandang hidup dengan kenihilan juga mengajarkan kita untuk menghargai keindahan dan keberadaan di saat ini. Ketika kita melepaskan perasaan sebagai subyek atas kepemilikan, hingga harapan berlebih terhadap sesuatu yang kita anggap sebagai obyek, menjadikan kita dapat hidup dengan lebih sadar dan menikmati momen-momen kehidupan sehari-hari. Kita dapat mengalami kebahagiaan dalam hal-hal sederhana atau sekecil apapun itu seperti menghirup udara segar, merasakan sinar matahari yang hangat, menikmati bunga-bunga liar di pinggir jalan atau menikmati makanan yang terkunyah di mulut dengan kesadaran penuh. Dalam ketidaktahuan tentang apa yang akan datang, kita menemukan kedamaian dalam momen hari ini.

Tidak dapat dipungkiri dan sebagai bahan pengingat bahwa proses mengadopsi pandangan hidup sebagai kenihilan adalah subjektif dan pribadi bagi setiap individu. Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk merenungkan hidup mereka dan mengintegrasikan perspektif ini ke dalam pengalaman sehari-hari. Untuk beberapa orang, ini bisa melibatkan praktik spiritual, meditasi, atau pencarian makna yang lebih dalam. Yang terpenting, refleksi ini haruslah menjadi alat yang membantu individu dalam menggali kebijaksanaan dan kebahagiaan dalam hidup mereka sendiri. Penting untuk dicatat bahwa memandang hidup dengan kenihilan bukan berarti mengabaikan tanggung jawab kita terhadap dunia dan sesama. Sebaliknya, perspektif ini dapat menginspirasi  untuk bertindak dengan lebih rendah hati, belas kasihan, dan bijaksana. Ketika kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari satu kesatuan yang lebih besar, kita merasa tanggung jawab untuk berkontribusi pada kebaikan bersama dan membantu mengurangi penderitaan orang lain atas absurdnya hidup yang dijalani.

Meskipun memandang hidup dengan kenihilan mungkin bertentangan dengan pandangan konvensional tentang kebermaknaan hidup, membuka pintu untuk penemuan hal lain yang lebih mendalam, meskipun tidak menutup kemungkinan melahirkan kesan yang kontradiktif. Memandang hidup dengan kenihilan juga membawa kita ke dalam kesadaran akan keterhubungan dan saling ketergantungan semua makhluk hidup. Dalam pandangan ini, kita menyadari fakta dalam realitas, bahwa kita tidak berdiri sendiri, tetapi terhubung dengan alam semesta yang lebih besar. Dari sana, kita dapat mengembangkan sikap yang lebih empatik, berbagi kasih sayang, dan peduli terhadap orang lain dan lingkungan di sekitar kita. Dalam keterhubungan ini, kita menemukan makna yang mendalam dan kepuasan yang tak ternilai. Ya, dengan demikian meskipun memandang hidup dengan kenihilan mungkin bertentangan dengan pandangan konvensional tentang kebermaknaan hidup, namun tidak ada salahnya berpikir bahwa hal itu dapat membuka pintu untuk kebahagiaan, meskipun tanpa penemuan makna yang lebih dalam dan abadi. Dengan melepaskan diri dari kebutuhan untuk menetapkan makna yang terikat pada hal-hal materi atau pencapaian pribadi, kita dapat mengarahkan perhatian kita pada kesenangan-kesenangan spiritual, dan membelakangi pencarian makna yang selalu membebani isi kepala dan hati.

Dalam kesimpulannya, memandang hidup dengan kenihilan adalah sebuah perspektif yang menantang kita untuk melepaskan diri dari kepemilikan dan pencarian makna yang terikat pada hal-hal materi. Dalam ketiadaan substansi sejati, kita menemukan kebebasan, kedamaian, dan kebahagian yang lebih dalam pada momen-momen hari ini. Dengan kemungkinan berkembangannya sikap rendah hati, empati, keterhubungan, dan sekali lagi, tidak menutup peluang terciptanya hidup yang lebih berbahagia dan penuh kedamaian tentunya.

~ K

Lebih baru Lebih lama