Resensi: Novel Elegi Tawa Niyusa

Oleh Fatonah Narimastiti

Profil Penulis: 

Lin Aiko atau biasa di panggil ka Iko adalah seorang ibu rumah tangga yang lahir 17 Oktober 1991 di Kota Malang. Ka Iko, merupakan seorang penulis baru yang mengawali tulisannya di salah satu aplikasi novel online. Karya pertama Ka Iko berjudul Senja di publis pertama kali pada tanggal 26 Oktober 2019. Dari pertama publis hingga saat ini, karya tersebut sudah dibaca 35,7 juta orang dan mendapat 1,55 juta like. Setelah novel Senja tamat, Ka Iko mengeluarkan karya baru yang berjudul Sang Pemilik Kehormatan dan Alenia Cinta. Saat mengawali tulisannya, Ka Iko merasa tidak percaya diri karena alur cerita yang dibuatnya berbeda dengan cerita-cerita yang sudah ada di aplikasi tersebut. Terutama pada karyanya yang berjudul Sang Pemilik Kehormatan.

Dimana karya tersebut banyak mendapatkan kritik pedas dari para pembaca, yang tidak suka dengan prilaku tokoh utamanya. Namun, seiring berjalannya waktu jumlah pembaca dan jumlah like terus meningkat. Saat ini novel tersebut sudah mencapai 23,5 juta pembaca dan mendapat 1,36 juta like. Peningkatan tersebut dikarena, saat pembaca mengetahui bahwa cerita dalam novel tersebut terinspirasi dari kisah nyata antara seorang guru dan tentara yang terpisah lama. Terpisah karena kesalahan fatal namun waktu membuat mereka bersama kembali. Kerbersamaan mereka tidak berlangsung lama. Kerena sang kepala keluarga harus pergi menghadap sang pemilik kehidupan. Dimana kisah ini sudah disamarkan oleh Ka Iko, terkait nama tokoh dan terdapat penyesuaian alur dalam cerita pada novel Sang Pemilik Kehormatan. 

Dari ketiga karya tersebut, nama Lin Aiko mulai dikenal orang. Bahkan saat Ka Iko memutuskan untuk berpindah aplikasi novel online. Para pembacanya tetap mengikuti karya baru Ka Iko di aplikasi baru. Meski mereka harus menggunakan koin untuk membacanya. Berbeda dengan aplikasi sebelumnya yang tidak menggunakan koint untuk membaca cerita. Untuk mengembangkan kemampuan menulisnya, Ka Iko bergabung dalam komunitas kepenulisan. Dari komunitas tersebut Ka Iko bertemu dengan penulis lainnya dan mendapat pelajaran baru dalam dunia kepenulisan. Sebagai bentuk tugas dari komunitas tersebut, Ka Iko diharuskan menyerahkan naskah cerita baru dalam tiga hari. 

Naskah cerita tersebut menjadi cikal bakal dari cerita baru Ka Iko yang berjudul Elegi Tawa Niyusa. Melalui karya ke empat ini, nama Lin Aiko semakin dikenal dan banyak penggemarnya. Selain Elegi Tawa Niyusa ada dua karya lainnya yang di publis di aplikasi yang sama, yaitu Sajadah Cinta Malaikat dan Halaqah Cinta. Ada juga satu karya lainnya berjudul Sanskara Sky yang di publis pada aplikasi lain. Semua karya Ka Lin Aiko bertemakan romane religi dan pengembangan diri. Dari semua karya Ka Iko ada dua yang telah diterbitkan, yaitu Elegi Tawa Niyusa dan Sang Pemilik Kehormatan. Ada satu karyanya yang akan segera diterbitkan, yaitu Halaqah Cinta.

Sinopsis: Semua orang tidak menyukai akhir yang menyakitkan (hal. 288) “... Seburuk-buruknya manusia, mereka berhak untuk berubah,…” (hal. 300) “Seribu orang memandangnya buruk, tapi bagi saya, dia adalah seorang terbaik yang pernah hadir dalam hidup saya…” (hal. 300)

Kalimat diatas merupakan penggalan ucapan yang disampaikan Niyusa Bina, untuk menggambarkan seorang Gantaka Rahagi. Kisah mereka terangkai indah dalam novel Elegi Tawa Niyusa

Elegi Tawa Niyusa tak hanya mengisahkan perjalanan cinta Niyusa Bina dengan Gentaka Rahagi. Namun, juga mengisahkan perjuangan Yusa, panggilan dari Niyusa Bina. Seorang anak yang sejak kecil selalu diremehkan dan tak dianggap, bahkan oleh orangtuanya sendiri. Ia dianggap bodoh, jelek dan tidak memiliki kelebihan apapun. Hingga Yusa tumbuh menjadi anak yang “percaya” akan itu. Hal itu, membuat Yusa menjadi anak yang tidak percaya diri dengan lingkungannya dan tidak memiliki teman, karena hasutan adiknya, Risa. Agar jngan ada yang berteman dengan orang seperti Yusa. 

Dalam kesendiriannya, Yusa terus mendekat kepada Sang Pemilik Kehidupan. Menumpahkan segala keluh kesahnya kepada Sang Pencipta. Serta menuangkan apa yang ia rasakan dalam sebuah rangkaian tulisan. Meski tak dianggap, Yusa selalu berusaha berbakti kepada orangtuanya, seperti membantu membersihkan rumah, membantu ibunya berjualan, membantu ekonomi keluarga dengan memberikan sebagian hasil kerjany menjaga toko. Ia berharap suatu saat orangtuanya bisa bangga dengannya seperti orangtuanya bangga terhadap adiknya.

Hingga akhirnya Niyusa Bina berhasil mencapai cita-citanya. Ia berada di puncak kesuksesan yang membuat orang-orang disekitarnya bangga. Bahkan orangtua dan adiknya mengakui hal tersebut. Namun, saat itu ia malah merasakan kehilangan sebagian arti dari kebahagiaan tersebut.

Gantaka Rahagi, seorang lelaki yang bermoral, namun sangat menjaga dan menghormati ayahnya. Taka, panggilannya sejak kecil merupakan anak yang pintar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena rasa penasarannya itu membuat Taka masuk dalam dunia gelap. Dunia yang membuatnya berkenalan dan berteman dengan barang haram. Berulang kali Taka, berusaha keluar dari dunia tersebut namun selalu gagal. Karena Taka tidak kuat berjuang merasakan rasa sakit yang amat sangat menyiksa, dan menghadapi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk sembuh. Hingga akhirnya, Niyusa Bina menemani Taka untuk berjuang dan akhirnya berhasil melalui semua itu. Namun, saat ia dinyatakan sembuh dan sedang berada pada masa pendekatan kembali kepada Sang Maha Pencipta. Taka di haruskan dihadapkan dengan jalan takdir yang tidak terduga. 

Kelebihan buku:

Cover novel ini cukup menarik dan sesuai sekali dengan judul novel. Pada cover tergambar sebagian wajah seorang wanita yang tidak memperlihatkan matanya, sedang tersenyum. Gambar tersebut bisa mempresentasikan seorang wanita yang selalu berusaha terus tersenyum dan tertawa, dibalik rasa sedihnya yang teramat dalam. Hal itu sesuai dengan arti dari elegi.

Judul novel sangat menarik, karena menggunakan kata yang tidak familiar. Lalu, novel ini memiliki alur dan tema yang berbeda dengan novel roman fiksi lainnya. Karena penulis berani mengangkat tema pecandu narkoba yang dianggap “tabu” dalam masyarakat yang terangkai indah dalam aksara berjudul Elegi Tawa Niyusa.

Pada novel ini pembaca diajak melihat sisi “lain” mereka. Mulai dari alasan mereka mengenal barang haram, apa yang mereka rasakan selama proses penyembuhan. Hingga tak semua dari mereka, yang kita cap buruk itu benar-benar buruk. Semua hal itu, penulis gambarkan dalam diri karakter Gantaka Rahagi.

Bahasa yang di gunakan penulis sangat sederhana dan mudah dipahami. Sehingga, mampu menyentuh hati pembaca. Terutama pada bagian, Yusa membaca surat dari Taka. Pembaca harus menyiapkan tisue. Selain itu, nama-nama tokoh dalam novel ini kebanyakan berasal dari bahasa Sansakerta, seperti Niyusa, Gantaka Rahagi, Shakiy. Dimana nama tokohnya disesuaikan dengan penggambaran katakter yang dituliskan penulis. 

Kekurangan buku:

Sebaik-baiknya karya tetap ada kekurangnya. Tak terkecuali novel ini. Diantaranya, alur yang disajikan tujuh puluh lima persen sama dengan alurnya saat di aplikasi novel online. Terdapat tambahan chapter, yang menceritakan awal pertemanan Yusa dan Taka, hingga awal renggangnya pertemenan mereka. Namun, tambahan chapter berada di novel yang berbeda. Bagi pembaca yang penasaran dengan tambahan chapter harus memesan langsung ke penerbit. Karena tambahan chapter tidak diperjualkan di toko buku. Masih ada beberapa penulisan kata dan kalimat yang tipo. Padahal naskah cerita ini pasti sudah melewati berbagai proses editing sebelum naik cetak dan dipasarkan. 

Meski penulis berusaha membuat alur cerita yang serealistis mungkin. Namun, ada bagian yang belum tentu menggambarkan kondisi saat. Seperti, sikap Yusa yang terus berbakti ke orangtuanya, meski orang tuanya sama sekali tidak menganggapnya dan selalu di abaikan. Berlum tentu anak zaman sekarang mampu atau bisa bersikap seperti Yusa. 

Kesimpulan:

Elegi Tawa Niyusa, merupakan novel yang menyajikan alur yang berbeda dengan novel fiksi roman lainnya. Karena pembaca diajak melihat sisi lain kisah yang di anggap “tabu” oleh masyarakat dalam rangkaian aksara yang sederhana dan indah. Selain itu, novel ini mengajarkan kita untuk senantiasa menyandarkan segala sesuatu pada Sang Pemilik Kehidupan. Serta belajar bahwa setiap orang, pasti memiliki suatu kemampuan yang bisa di banggakan. Namun, penulisan dalam novel ini masih terdapat beberapa kata dan kalimat yang penulisanya tipo. Padahal naskah cerita ini pasti walau sudah melalui berbagai proses editing. Mulai dari review kisah ini saat di posting di aplikasi membaca novel online, editing editor saat naskah masuk ke penerbit, perbaikan kembali oleh penulis, editing kembali sebelum naik cetak. Serta hampir sekitar tujuh puluh persen alur cerita novel masa dengan alur yang di aplikasi online. Ada tambahan cerita tapi, berada di buku berbeda dan harus membelinya langsung ke penerbit. 

Fatonah Narimastiti
Guru SMP Az-Zahra
Lebih baru Lebih lama