Resensi: Novel Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

Oleh Fatonah Narimastiti

Sang Pangeran dan Janissary Terakhir merupakan novel fiksi sejarah yang berlatar belakang perang Diponogoro (1825-1830) ditulis oleh Salim A. Fillah. Novel ini diterbitkan tahun 2019 oleh Pro-U media di kota Yogyakarta. Jumah halaman novel ini 632 halaman dengan harga novel 114 rupiah. Novel karya Salim A. Fillah ini termasuk best seller dan telah memiliki ISBN.

Biografi Penulis:

Salim A Fillah merupakan da’i asal Yogyakarta serta penulis yang juga menggemari sejarah. Dunia tulis-menulis mulai ditekuninya ketika menempuh pendidikan SMA. Aktivitas kepenulisannya mulai dikenal secara luas ketika menerbitkan buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan (2003). Buku tersebut sekaligus merupakan buku pertama yang diterbikan oleh Pro-U Media. Hingga saat ini Salim A. Fillah sudah menerbitkan sekitar 13 buku bertemakan remaja. Sebagaian besar karyanya menjadi best seller, diantaranya: Agar Bidadari Cemburu Kepadamu, Lapis-lapis Keberkahan, Dalam Dekapan Ukhuwah, dll. Sang Pangeran dan Janissary Terakhir, merupakan debut tulisannya di bidang fiksi sejarah. Selain menulis buku, Salim A. Fillah juga aktif dalam kepengurusan Masjid Jogokariyan Yogyakarta.

Sinopsis:

Sang Pangeran dan Janissary Terakhir, berceritakan tentang kisah, kasih dan selisih dalam perang Diponogoro Tahun 1825-1830. Kisah dan kasih diceritakan dari kesetiaan para pengikut Pangeran Diponegoro selama perang berlangsung. Selain itu, diceritakan juga sisi lain dari kehidupan pengikut Pangeran Diponegoro. Lalu, diceritakan juga bagaimana kisah para Janissary, pasukan tantara Pangeran diponegoro yang formasinya mengikuti formasi Janisarry di Turki bisa berada di tanah Jawa.

Selama perang, tidak sedikit pengikut Pangeran Diponegoro yang berkhianat. Karena, diiming-imingi jabatan dan harta oleh Belanda. Lalu, ada juga kisah seorang putri Bupati. Dimana, ia memilih mengikuti sang paman, yang berarti harus melawan ayahnya sendiri. Karena, ia merasa sikap sang ayah yang memihak Belanda. Selain itu, dikisahkan juga trik dan intrik para pejabat pemerintahan VOC di Jakarta.

Kelebihan dan Kekurangan:

Salim A. Fillah dalam novelnya ini menuliskan dengan bahasa sederhana, dan penjabaran alur cerita secara detail. Alur cerita dalam novel ini menggunakan adegan kehidupan keseharian rakyat Jawa. Sehingga dapat membuat pembaca diajak menjelajahi waktu, yang membuat pembaca seakan-akan berada dalam alur cerita tersebut. Selain itu, pembaca seolah-olah dapat merasakan apa yang dialami para tokoh dalam novel ini.

Pada novel ini diceritakan juga makna yang ada dalam kehidupan keraton yang jarang terekpos. Seperti, makna jalan menuju keraton melambangkan proses kehidupan manusia mulai dari lahir, akhir baliq hingga dewasa. Meskipun bertemakan fiksi sejarah. Salim A. Fillah menuliskanya berdasarkan penelitian dan penulisan karya dari Dr. Saleh As’ad Djamhari, Prof. Peter Carey, Bapak R. Soekanto, Bapak Sagimun, Bapak R. Tanojo, Prof. M.C.Ricklefs, Prof. H.J. De Graaf, P.J.F Louw, dan E.S De Clerck, Rusche, dll.

Novel ini memiliki halaman yang cukup tebal, yaitu 632 halaman. Sehingga untuk pembaca yang belum terbiasa membaca buku akan mudah bosan. saat tengah membaca novel ini. Selain itu, novel ini memiliki alur maju-mundur. Hal ini dapat dilihat, ketika Basah Nurkandam saat sedang termenung, bagaimana dia yang merupakan orang Turki dapat berada di Jawa bahkan ikut serta dalam perang Diponegoro. Kisah kembali saat kota Konstatinopel terjadi kudeta oleh pasukan Janisarrynya. Cerita tersebut bisa menghabiskan satu hingga dua bab tersendiri. Sehingga, pembaca memerlukan konsentrasi penuh dalam membaca Sang Pangeran dan Janissary Terakhir, agar dapat memahami dengan baik jalan ceritanya.

Penutup:

Sang Pangeran dan Janissary Terakhir, merupakan novel yang rekomendasi banget bagi para penggemar sejarah. Karena novel ini menyajikan sisi lain, berupa kisah para pengikut Pangeran Diponegoro yang jarang terekpos.


Fatonah Narimastiti
Guru SMP Az-Zahra
Lebih baru Lebih lama