Cinta, Rahasia, dan Keterasingan

Oleh Zaky Mubarok


Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī atau yang lebih dikenal dengan panggilan Rumi adalah seorang penyair, ahli hukum Islam, dan teolog Persia terkemuka yang hidup pada abad ke-13. Rumi menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh dalam sastra dan spiritualitas karena puisi dan ajarannya memiliki dampak yang besar pada orang-orang di seluruh dunia. 

Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī lahir di Balkh atau Afghanistan pada 30 September 1207. Keluarganya pindah ke Konya, Turki untuk menghabiskan sebagian besar hidupnya. Rumi berasal dari keluarga cendekiawan terpelajar. Ia mewarisi garis keturunan intelektual dan spiritual yang kuat dari Ayahnya. Ayah Rumi yang bernama Bahauddin Walad adalah seorang teolog dan ahli hukum terkenal. Anak dan kerabatnya juga menjadi cendekiawan yang sangat dihormati pada masanya.

Kehidupan Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī berubah drastis ketika bertemu dengan Shams-i-Tabriz, seorang mistikus Sufi pengembara. Hubungan spiritualitas antara Rumi dengan Shams-i-Tabriz menuntunnya untuk meninggalkan pengejaran terhadap material ilmiah yang ketat dan masuk ke jalan yang lebih spiritualis. Persahabatan yang intim dengan Shams-i-Tabriz ini memiliki peran penting dalam membentuk puisi dan ajaran spiritualis Rumi.

Bentuk puisi yang dibuat oleh Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī didominasi dengan ghazal atau puisi cinta serta ode atau puisi liris romantis yang berisikan semangat pujian. Puisi atau syair Rumi banyak dihasilkan dari perjalanan spiritualnya yang intens serta keinginannya untuk mengekspresikan perasaan cinta dan rindu kepada Ilahi. Susunan kalimatnya memikat pembaca untuk masuk ke dalam pengalaman atas keindahan, kedalaman perasaan, dan cinta yang universal. Puisi-puisi Rumi sering menggali tema cinta, penyatuan jiwa atau internalisasi, dan kerinduan jiwa untuk bersatu dengan Ilahi. Diksi-diksi Rumi juga memiliki pengaruh yang kuat untuk menyentuh hati banyak orang dari berbagai budaya, latar belakang, melampaui ruang, waktu, dan tanda bahasa.

Salah satu karya Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī yang paling terkenal adalah ‘Masnawi’ atau Mathnawie dalam bahasa Inggris. Masnawi merupakan sebuah mahakarya yang terdiri dari enam jilid puisi. Koleksi epik ini mengeksplorasi berbagai aspek spiritualitas, perjalanan jiwa, anekdot, dan metafora untuk menyampaikan kebenaran spiritual yang mendalam. Masnawi yang dibuat Rumi masih berpengaruh hingga hari ini dan terus dipelajari oleh para pencari kedalaman spiritual.

Selain puisi-puisinya, Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī juga memiliki peran penting dalam mendirikan Ordo Mevlevi atau yang lebih dikenal sebagai "Darwis Berputar." Ordo mistik ini ditandai oleh tarian berputar yang unik dengan tujuan untuk menumbuhkan keadaan ekstasi spiritual dan persatuan dengan Ilahi melalui musik, tarian, dan mengingat Tuhan. Tarekat Mevlevi dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam sehingga praktik spiritual mereka yang mendalam terus menginspirasi dan mencerahkan orang-orang hingga saat ini.

Dampak Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī jauh melampaui waktu dan tempatnya sendiri. Ajaran-ajarannya memiliki pengaruh abadi di bidang sastra, mistisisme, dan spiritualitas. Saat ini, puisinya telah mendapatkan popularitas yang besar di seluruh dunia hingga melampaui batas-batas budaya dan agama. Universalitas pesannya tentang cinta, toleransi, dan koneksi bergema sangat dalam pada orang-orang yang mencari makna spiritual dan kedamaian batin.

Memahami Bentuk Puisi Rumi

Berikut ini, Saya berikan gambaran puisi Rumi yang ditemukan dalam bentuk bahasa Persia dan sering disebut sebagai syair,

Bentuk puisi tersebut disalin dari Masnawi jilid pertama. Kemudian, mari kita bandingkan dengan bentuk terjemahan bahasa Inggris Nicolson yang disebutkan sebagai terjemahan awal.

  1. Listen to reed how it tells a tale, complaining of separtions
  2. Saying, "ever since I was parted from the reed-bed, my lament hath caused man and woman to moan.
  3. I want a bosom torn by severance, that I my unfold (so such a one) the pain of love-desire.
  4. Every one who is left far from his source wishes back the time when he was united with it.

Kemudian, mari kita amati juga dalam bentuk bahasa Arab yang mungkin lebih familier untuk orang Indonesia,

Berikut terjemahan dalam bahasa Indonesia dari Mastnawi Maknawi yang diterjemahkan oleh Muhammad Nur Jabir,

  1. Dengarkanlah seruan ini, betapa ia mengadu atas kisah derita keterpisahannya.
  2. Ia berkata, "semenjak aku dipisahkan dari rumpun bambu, dalam lirihku, laki-laki dan perempuan menyahutnya."
  3. Aku menginginkan hati yang tercabik-cabik oleh derita keterpisahan, agar kututurkan derita keterpisahan.
  4. Siapa yang jauh dari kampung halamannya, suatu hari nanti akan kembali mencarinya.

Dilihat dari bentuk terjemahannya, penerjemah Arab memiliki tradisi yang hampir sama dengan Rumi dalam membuat syair. Pada bahasa Arab, kekuatan atau ciri khas dari syair Rumi dalam memainkan rima masih dapat dinikmati. Pada bahasa inggris, penerjemah masih berupaya untuk mempertahankan rima dalam setiap barisnya. Akan tetapi, pada terjemahan bahasa Indonesia, penerjemah tampaknya lebih mengedepankan makna dan tafsiran daripada bentuk keindahan pola rima yang digunakan oleh Rumi. Meskipun puisi memiliki makna yang mendalam, penerjemahan puisi tetaplah menjadi puisi dan tetap menjaga keindahan rima yang digunakan penyair. Walaupun bunyi rimanya tidak sama, setidaknya bentuknya masih terjaga.

Meski demikian, karya Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī memang lebih dikenal pada kedalaman makna berupa pesan dan ajaran ke-Sufian yang disebarkan melalui syair-syairnya. Para penikmat puisi rumi jarang sekali membicarakan bagaimana Rumi memainkan bunyi pada setiap syairnya. (Penyunting: Elis Susilawati)


  • Disarikan dari berbagai sumber oleh Angin Kamajaya untuk Semaan Puisi episode
  • Aktivis Seni dan Dosen Sastra Indonesia Universitas Pamulang


Lebih baru Lebih lama