Jacquest Derrida: Dekonstruksi, Sastra, dan Pendidikan Karakter

Oleh Eka Gilang Wicaksana Sulaeman

Karya sastra sejatinya ialah bentuk dari reduplikasi kenyataan berdasarkan yang dialami sang penulis atau paling tidak yang terjadi pada kehidupan orang-orang di sekitarnya. Membaca karya sastra sama halnya seperti merenungi, menyelami kembali apa-apa saja yang belum, sedang, dan sudah terjadi pada kehidupan. 

Di tengah ragamnya metode membaca itulah, saya membaca buku hasil telaah: "Novel dan Pendidikan Karakter", karya Dr. Zulfardi Darussalam, M.pd. Buku tersebut berisi telaah penulis terhadap sebuah buku karya sastra (novel) "Warisan" karya Chairul Harun. 

Dalam membaca karya sastra, khususnya, dalam novel "Warisan", Dr. Zulfardi Darussalam, M.pd. menggunakan metode analisis Dekonstruksi, sebuah metode yang dicetuskan oleh Jacquest Derrida. Lewat telaah tersebut, penulis menyampaikan gagasan tentang bagaimana pendidikan karakter bisa dibentuk melalui media karya sastra dalam hal ini novel "Warisan" karya Chairul Harun.  

Dekonstruksi sendiri merupakan sebuah metode membaca, meskipun Derrida sendiri menyatakan bahwa Dekonstruksinya bukanlah suatu analisis, kritik, metode, atau apapun yang mengarah pada penyelesaian suatu subjek individual atau kolektif yang berinisiatif dan menerapkannya pada suatu objek, teks, atau tema tertentu, melainkan sebuah peristiwa yang tidak menunggu akan kesadaran, pertimbangan dari suatu subjek atau bahkan modernitas.

Melalui analisis dekonstruksi, penulis menjelaskan, bahwa untuk membangun karakter seorang anak akan lebih baik bila pendekatannya menggunakan karya sastra. Dalam sistem pendidikan kita hari ini, bagaimana anak-anak dididik dengan begitu terarah, sayangnya pengarahan ini justru banyak berakhir pada sesuatu yang “mendikte” sehingga, banyak pemikiran-pemikiran brilian anak yang mati karena ketidakpercayaan diri, ketakutan akan sesuatu. Buku "Novel dan Pendidikan Karakter" karya Dr. Zulfardi Darussalam, M.Pd. sebagai salah satu solusi yang cemerlang dalam membantu para orang tua, guru, dan anak-anak itu sendiri dalam mengembangkan karakter, pendirian, dan wawasan. 

Apa yang ditulis oleh Dr. Zulfardi Darussalam, M.Pd. tentang Dekonstruksi Derrida sebagai salah satu metode membaca sah-sah saja, sebab Dekonstruksi sendiri berakar dari Logosentris dan Fonosentris yang masuk dalam tataran filsafat bahasa.

Dengan membaca karya Sastra yang kaya akan wawasan, rasa, dan perenungan akan membuat seseorang masuk dalam dimensi yang mungkin saja belum pernah ia masuki sebelumnya, sehingga pembaca, khususnya, anak-anak mampu menghidupi ruang pikir masa depan anak-anak.








Eka Gilang Wicaksana Sulaeman, Pria kelahiran 23 November 2000 Jakarta Barat. Ia pernah berorganisasi total 5 tahun terhitung sejak 2016. Ia diangkat sebagai ‘Musaid’ Organisasi Santri Al-Inaayah bagian Keamanan pada 2016, pada 2017 ia diangkat menjadi ‘Pengurus Divisi Keamanan’ Organisasi Santri Al-Inaayah, pada 2018-2019 ia menjabat sebagai ‘Kepala’ Divisi Keamanan Organisasi Santri Al-Inaayah dengan predikat ‘Sangat Baik’, pada 2020 ia menjabat sebagai Divisi Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia UNPAM, pada 2021-2022 ia diangkat menjadi Wakil Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia UNPAM. Ia juga pernah terlibat dalam pementasan Teater “Manufaktur Anatomi Kera” pada 22 September 2022 dalam ajang Festival Teater Kampus Jakarta yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Sampai saat ia masih aktif berkegiatan literasi khususnya Kesusastraan bersama Ada Kreatif.id. Karya-karyanya berupa puisi terbit di Cakradunia.co, seperti: Dari Cisauk, Rona Nona di Stasiun Jatinegara, Kami, Di Bumi Komersil, Unek-Unek. Karya-karyanya berupa esai terbit di adakreatif.id, seperti: Peranan Emas dalam Roda Perputaran Ekonomi Dunia, Menabung sebagai Upaya dalam Menghadapi Masa Depan. 


Lebih baru Lebih lama