Bait-Bait Puisi Ariby Zahron

Oleh Ariby Zahron

Seperti Mirakel Tuhan
:Umar el Faroeq

Ia tak pernah menyangka
hidupnya jadi penyintas
yang menderaikan tanah
seperti hakim ketika bederma
memberi kalimat tahniah
Kutelan lamat-lamat
cerita yang bersemi di telinga kedua malaikat
membujur kaku dari tubuh-Mu
sebagai tanda gaman atas silap-silap Tuhan
di pohon kedamaian
Di sisi tidurnya, denting lembut malaikat
tak rubahnya cahaya nubuat
yang tampak seperti sisa-sisa jalan
menuju ajal dan sudut kota
Aku mendudukkan malaikat bila bulu kudukku berdiri,
sendi tulangku gemetaran—juga geram Tuhan yang keheranan
menghardik dosa-dosa kesilapan
Bukankah ia menggema 
seekor ushfur agar menyigai ke atas neraka
dan memanggulnya?


Bermain Wasiat Sesaat
pada Abu Hurairah

Menjelang ajal, dunia begitu cemas
dengan noda yang mencemari
daki-daki kehidupan
Di jalur peraduan, seorang lelaki melihat
himpunan sesal yang merasa gagal merogoh
sifat-sifat Tuhan saat Tuhan hendak melelang
hambaNya dengan kerelaan tabiat hatinya
Namun, di lumbung imannya, ia ingin
gugur seperti ringkihnya kepakaran
“Andai Tuhan berkehendak lain, 
pasti seseorang merentas sebuah jasad ini
untuk mengikab seperti pulasan sampah-sampah organik”
Kala angin laut menerpa
nelayan komersial menemukan jala
yang berisikan gilap ekstase kehidupan
tanpa meninggalkan abu di peti penderitaan 


Menjelang Jam Dua Belas Malam

:Zaid ibn Aslam

Kutelan lamat-lamat kisah mayat
yang tanpa dikafani, ia sudah menjelma jenazah.
Orang-orang sibuk mencari petilasan,
padahal bau kemenyan berasal dari tubuh seorang iman
iman tak tahu apakah surga
sebab ia yakin tak punya dosa
yang harus dijual di manzilah
saat kerabatnya berpesta  
dengan bir-bir Tuhan yang murah meriah


Intermeso Pembelot Surga

Nanti, bila dirimu menjelma Rahmat
kuingatkan pada Mahaketidakterbatasan
segala rambu sesal yang menggenggam segelintir api 
tanpa kau sadari
Maka seluruh tumbuhan itu
bersabung di tengah perang suci
bersemuka pada penjuru murka tepi
memohon nafsu-nafsu yang berserakan
tiap kembali
Bagaikan seorang ahli surga
yang menjentikkan jarinya 
ke dalam kubangan pendeta
Maka, arwah Ababil menderu
pada tiap mustaka orang saleh
menghempaskan hutan Ladza 
hingga pangkal dahaga yang betah merambah
di langit-langit ketakwaan;
pun magi hitam-putih kekekalan
Tuhan, mungkingkah diriku mengucapkan mantera pertobatan
kepada hamba sesal ini?


Terantuk Sayap-Sayap Penurut

Di halimun muda sebelum terampai jemur tua
massa lentera tak mengubah mata
hingga tepat berada di tengah garizah 
yang sungguh penat, tenggang persenan
cahayanya tak merupa alam
Aku ingin pergi menuju rakaat 
dalam lembaran salawat
Namun, lentera justru menerangi misa
yang memutihkan arah untuk
menanti kesumat
Tak ada pagi yang sama hari ini
masjid-masjid dibuat awet 
oleh pemilik sejuta sayap 
yang merebak saat Rasul telah
menunaikan rukuk sujudnya 
Bukankah ini fadilat yang 
harusnya singgah pada pangkuan Rasul?
Maka, Tuhan menjadikan punggung 
menjelma sayap Roh Kudus   
sebagai pertumbuhan karifan 
pada ayah Hasan


Menjelang Jam Dua Belas Malam

:Zaid ibn Aslam

Kutelan lamat-lamat kisah mayat
yang tanpa dikafani, ia sudah menjelma jenazah.
Orang-orang sibuk mencari petilasan,
padahal bau kemenyan berasal dari tubuh seorang iman
iman tak tahu apakah surga
sebab ia yakin tak punya dosa
yang harus dijual di manzilah
saat kerabatnya berpesta 
dengan bir-bir Tuhan yang murah meriah


Tentang penulis

Ariby Zahron, lahir di Sidoarjo pada 8 April 2003. Seorang mahasiswa sastra Indonesia di Universitas Negeri Malang juga mahasantr di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Gading, Kota Malang. Buku pertamanya yang telah terbit berjudul Ruang Holistik oleh penerbit Digdaya Book pada tahun 2023

Lebih baru Lebih lama