Oleh M. Yus Yunus
Setiap hak yang berlaku di atas bumi ini di dalamnya terdapat sebuah batasan untuk menghormati hak yang berlaku pula untuk kehidupan orang lain. Menyadari akan adanya hak orang lain, berarti kita telah menghargai keberadaan diri kita sendiri. Namun sayangnya, beberapa kasus yang terjadi di tengah-tengah kita saat ini, tidak jarang melanggar hak orang lain.
Adanya upaya untuk mengntrol sesama memang sudah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak dari lama. Dan kontrol-kontrol yang dilakukan oleh leluhur kita terkadang cendrung halus, melalui cerita, dan mitos.
Kita tahu selama ini polisi tidur mengontrol para pengendara. Ia akan menyedarkan seorang pengemudi yang ngantuk, atau sekedar memberikan pesan kepada Ojol untuk menurunkan kecepatan. Selain polisi tidur ada cara lain yang manusia lakukan untuk menahan laju kecepatan kendaraan di Jalanan, yaitu dengan cerita yang menakut-nakuti.
Saya pernah melintas di daerah Sawangan Depok dan melihat himbauan yang cukup mengejutkan. Pada himbauan Itu tertulis bahwa jalanan yang saya lalui terdapat hantu. Isi himbauan Itu meminta saya untuk hati-hati, atau bahkan lebih baiknya memilih alternatif jalanan yang lain. Entah mediasi semacam apa yang telah mencetuskan isi himbauan seperti itu.
Secara Mengejutkan telah memberikan hiburan tersendiri bagi Pembacanya. Mungkin isi himbauan pada spanduk itu ditulis oleh penikmat film horror. Atau boleh jadi cerita yang termuat dalam spanduk adalah bentuk dari sebuah pertunjukan, cara penyajian sebuah teks, atau cara mendemonstrasikan sebuah certia yang dapat mengontrol tingkah laku manusia.
Cerita Si Manis Jembatan Ancol, atau Terowongan Casablanca. Kedua cerita yang konon katanya pernah ada di kehidupan nyata. Juga televisi selain pernah menayangkan film-film horor, mereka juga pernah menayangkan lipuran berkonsep misteri, di mana salah seorang mengaku pernah berjumpa dengan sesosok mahluk yang terdapat dalam cerita saat diwawancari.
Konan katanya Jalan Terowongan Casablanca yang terletak di wilayah Jakarta Selatan itu sering terjadi penampakan. Di bawah Jalan Kuningan, yaitu tepatnya berada di jalur ini dulunya adalah lahan pemakaman. Beberapa waktu sebelum trowongan dibuat dan saat pembukaan lahan, ditemukan sebuah jenazah. Yang masih sangat utuh.
Pemindahan makam berjalan tidak biasa-biasa saja, banyak yang mengganjil, selain menemukan jenazah yang masih sangat utuh petugas juga mengalami beberapa serangan seperti semaput dan kesurupan. Namun semua cerita ini cukup bertolak belakang dengan keberadaan Jalan Trowongan Casablanca. Karena seperti yang kita tahu, bahwa Jalan Terowongan Casablanca ini terletak di tengah-tengah perkotaan yang cukup padat. Kota yang konon katanya jauh dari tahayul dan dekat dengan kemajuan.
Kota Jakarta yang penuh dengan kemajuan dan keangkuhan nyatanya masih tersimpan cerita-cerita misteri yang kasat mata. Boleh jadi kisah tentang Jalan Trowongan Casablanca merupakan representas, dari ketidakmampuan masyarakat kita akan imbas atau efek pembangunan, dan kemoderenan yang terus menggerus dan menyeret rakyat yang terpinggirkan.
Melalui kisah misteri dan horor tentang asal-usul sebuah Jalan adalah bagai mana kita bisa menangkap bahwa di balik kemajuan selalu ada yang ditinggalkan. Di jalanan setidaknya kita telah banyak meninggalkan budaya ketimuran.
Kita lupa bagai mana menghargai orang lain yang tidak nyaman dengan suara kenalpot kaleng, kita lupa bahwa ada pengguna lain selain roda dua dan empat, kita sering tidak sabar pada rambu-rambu, dan memblakang lampu merah. Kita telah begitu jauh meninggalkan kemanusiaan demi mempercepat laju kendaraan, dan menyelesaikan tujuan personal. Maka kita membutuhkan sebuah teguran.
Teguran itu datang sebagai upaya untuk mencegah sesuatu hal yang dapat terjadi, terutama di jalan. Certia tentang penampakan di sebuah jalan, memberikan teguran kepada setiap pengendara untuk mengatur kecepatan, dan menahan ngantuk.
Setidaknya kepercayaan terhadap tahayul, dan cerita-cerita dapat menjadi kontrol prilaku kita di muka bumi ini. Tidak hanya untuk menghargai sesama manusia, tetapi juga untuk menyayangi lingkingan alam.
Seperti kisah Dhemit yang ditulis oleh Heru Kesawamurti. Menceritakan tentang hantu dan kemodernan yang bertolak belakang. Kisah yang memiliki tujuan arif dalam melindungi keberadaan suatu kelompok dan warisan leluhur.
Selain kisah dari trowongan Casablanca, kisah yang membawa jalanan sebagai tempat horor juga terjadi di Ancol. Ada banyak warga yang percaya kisah Si Manis Jembatan Ancol berlokasi di kawasan Jembatan Item, Ancol. Jembatan ini terletak di sebelah kanan Jalan RE Martadinata Kisah Si Manis Jembatan Ancol adalah kisah dari seorang perempuan bernama Ariyah.
Kisah seorang perempuan cantik pada abad ke-10 yang menolak untuk dijadikan selir seorang Juragan. Wanita ini tewar dalam pelarian. Jazadnya diduga dibuang di area persawahan Sekitar 900 M dari Jembatan Ancol. Peristiwa Itu terjadi pada tahun 1817 menurut catatan Ridwan Saidi.
Benar tidaknya kisah perempuan cantik bemama Ariyah ini menunjukan bahwa kekuasaan Perempuan amat sangat sempit. Selama perempuan merawat kecantikannya dan mendedikasikan ekonominya untuk menjaga rupa wajahnya, maka selama itu pula sebenarnya perempuan sedang mengundang mangsanya. Kecantikan memang membawa Luka. Seperti novel besutan Eka Kurniawan yang berjudul "Cantik Itu Luka". Begitu pula dengan kota di negeri ini.
Setiap bangunan yang dibuat telah mengorbankan banyak kenangan, kenangan itu bisa berupa banyak hal yang tidak bisa kita jumpai pada hari ini. Seperti yang kita lihat di Jakarta hari ini oleh produk kemajuan, ondel-ondel yang fungsinya telah bergeser, kerak telor lebih jarang ditemukan ketimbang pizza, burger, dan spageti.
Jalanan adalah salah satu produk kemajuan. Jalan raya mungkin menjadi invastruktur pertama yang dipikirkan manusia dalam membangun peradaban, akan tetapi pula dengan jalan beradaban yang lain akan hilang. Pertanyaanya, peradaban yang mana?
Dengan adanya jalan orang-orang di pedalaman pelahan-lahan mulai terbuka dan pindah haluan. Setiap pagi tiba, la tidak perlu bardoa kepada arwah lelehur, agar di lancarkan dalam perjalanan menuju tempat Kerja, kini la hanya perlu memakai helm dan memacu kendaraanya tanpa takut apapun, apalagi takut tersesat seperti nenek moyang mereka saat memburu babi hutan. Tentunya kita akan lebih takut ponsel kita mati di jalanan raya, ketimbang sulit menemukan orang untuk ditanyai.
Muhamad Yus Yunus atau M. Yus Yunus Redaktur Website adakreatif.id |