Oleh Khardi Ansyah
Kebahagiaan adalah hak setiap individu dimana pun berada. Meskipun setiap individu memiliki definisi dan persepsi yang berbeda tentang definisi kebahagiaan. Ada sebuah konsep menarik yang disebut Utopia Paradoks yang hadir ketika kita mencoba berpikir mencapai kebahagiaan yang setara untuk semua orang. Dalam tulisan ini, kita akan mencoba menjelajahi Utopia Paradoks ini dan mencoba mempertimbangkan bagaimana konsep kebahagiaan yang setara dapat dicapai secara efektif.
Dalam salah satu franchise anime terkenal yakni, Naruto. Sosok villain unik dihadirkan dalam salah satu seriesnya berjudul Naruto Shipudden, yaitu Uciha Madara. Uciha Madara menjadi salah satu villain paling berpengaruh dalam membentuk konflik di series Naruto Shipudden, dia memiliki sebuah pemikiran yang cukup ekstrim dalam menerjemahkan kedamaian. Madara meyakini dalam prinsip hubungan dunia yang saling terkait atau bisa disebut dengan istilah oposisi biner, jika tanpa perang maka tidak akan ada kedamaian, jika tanpa kegelapan maka tidak akan ada terang, jika tanpa kebencian maka tidak akan ada yang namanya cinta, jika tanpa yang kalah maka tidak akan ada pemenang, dan sebagainya. Bagi Madara sendiri, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dan dilindungi, ada sesuatu yang harus dikorbankan dan diberikan. Untuknya, kenyataan tidak memiliki arti, dan ia meyakini bahwa hidup ini hanya penuh dengan rasa sakit, penderitaan, dan keputusasaan. Oleh karena itu, Madara merasa tidak peduli dengan kenyataan yang dihadapinya dan memutuskan untuk menciptakan dunia ideal melalui genjutsu bernama mugen tsukoyomi, di mana hanya ada kemenangan, kedamaian, dan cinta tanpa konsekuensi negatif yang tak terhindarkan. Dengan cara ini, ia bermaksud untuk memutuskan hubungan kejam yang ada dalam realitas dan membentuk dunia yang sempurna. Dengan memanipulasi orang-orang melalui genjutsu, Madara berharap semua manusia dapat hidup dalam kebahagiaan yang setara di dunia sesuai yang mereka inginkan.
Madara tidak sendiri, ada Obito Uciha, yang terpilih oleh Madara menjadi agen untuk proyek mugen tsukoyomi-nya. Filosofi Obito dapat dikatakan serupa dengan Madara. Penyebabnya adalah setelah Rin, sahabat juga orang yang dicintainya mengalami kematian, Obito melihat dunia sebagai realitas yang kacau dan tanpa asa, lalu ia menganggap hidup ini sebagai neraka yang tidak memiliki makna. Dia berhenti peduli dengan segala hal dan meyakini bahwasanya kenyataan begitu menjijikkan sehingga tidak pantas dipertahankan dan harus dihilangkan. Sebagai solusi, Obito mengikuti rencana Mugen Tsukiyomi Madara untuk meninggalkan kenyataan sepenuhnya dan menciptakan dunia impian yang damai. Bagi Obito, itulah jalan satu-satunya cara untuk mencapai kebahagiaan. Dia meyakini bahwa kebahagiaan dan perdamaian di dunia nyata tidak mungkin dan tidak dapat dicapai.
Obito, dan terutama Madara menjadi sampel bagaimana rumitnya mendefinisikan kebahagian, sehingga melahirkan proyek mugen tsukoyomi yang tercermin atas gambaran Utopia Paradoks. Mencapai kebahagian yang sama terhadap semua orang, namun harus mengorbankan hidup banyak orang.
**
Utopia Paradoks selalu merujuk pada perdebatan antara dua gagasan utopis; kebahagiaan yang setara dan kebebasan individu. Dalam idenya, kebahagiaan yang setara berarti bahwa setiap individu di dalam suatu masyarakat akan memiliki tingkat kebahagiaan yang setara atau sama. Dalam konsep ini jika melihat dalam kondisi sekarang ialah kesenjangan sosial dan ketidakadilan akan dihilangkan, dan semua orang akan mendapatkan kehidupan yang sama-sama bahagia. Namun, akan muncul sebuah paradoks, bahwa dengan tercapainya kebahagiaan yang setara ini tentu akan mengorbankan kebebasan individu.
Skema persoalan kebahagiaan biasanya menggunakan perhitungan seberapa banyak mayoritas sejahtera dan bahagia, namun terlupa berapa banyak minoritas yang akses kebahagiaannya tidak tercukupi. Sebuah argumen yang sering muncul adalah bahwa kebebasan individu penting untuk mencapai kebahagiaan yang sejati. Setiap individu memiliki nilai, kebutuhan, dan orientasi yang berbeda, sehingga jika memaksakan standar kebahagiaan yang sama bagi semua orang dapat menyebabkan penindasan, pengekangan dan menghilangkan kebebasan. Misalnya, dalam menciptakan masyarakat yang menjamin kebahagiaan yang adil dan setara, mungkin perlu mengorbankan kebebasan individu untuk mengejar minat pribadi, aspirasi, cita-cita dan ekspresi diri. Tentu ini akan mengakibatkan terciptanya masyarakat yang tanpa variasi, monoton, dan tanpa inovasi.
Di sisi lain, konsep untuk mencapai kebahagiaan yang setara juga memiliki kekuatan sendiri. Dalam masyarakat dengan kesenjangan sosial yang signifikan, terjadinya kewenangan-wenangan, dan ketidakadilan dapat menghambat seseorang untuk menggapai kebahagiaan. Kemiskinan, ketidaksetaraan pendidikan, ketidakadilan gender dan akses terbatas terhadap layanan kesehatan adalah beberapa contoh faktor yang dapat menghambat individu mencapai kehidupan yang bahagia. Dalam konteks ini, mencari kesetaraan dalam kesempatan dan sumber daya dapat membantu menciptakan bangunan yang lebih kokoh bagi kebahagiaan yang sejati bagi banyak orang.
Sejalan dengan paradoks ini, mungkin kita bisa coba untuk berpikir mengiringinya dengan solusi serta alternatif yang dapat menyatukan kedua gagasan tersebut. Sebuah masyarakat ideal mungkin berhasil mencapai "kebahagiaan yang setara dalam kebebasan." Artinya, masyarakat tersebut menjamin kesetaraan dalam kesempatan dan sumber daya, menghilangkan ketidakadilan sosial, namun tetap dengan kebebasan yang mengalir di setiap individu untuk mengejar tujuan dan kebahagiaan yang sejati untuk dirinya sendiri.
Untuk tercapainya "kebahagiaan yang setara dalam kebebasan" dalam masyarakat, mungkin ada beberapa langkah perlu dicoba, seperti; Masyarakat harus berusaha untuk menghilangkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang dapat menghalangi individu dalam mencapai kebahagiaan. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan sosial dan publik yang mendorong akses yang adil terhadap pendidikan, perawatan kesehatan, pekerjaan, dan sumber daya lainnya. Hingga dapat dipastikan kesetaraan kesempatan, setiap individu memiliki akses dasar yang kuat untuk mengejar kebahagiaan mereka sendiri. Program kesejahteraan sosial yang efektif dapat membantu menciptakan landasan yang lebih merata bagi kebahagiaan. Jaminan ekonomi, sistem perlindungan sosial, dan akses yang adil terhadap layanan fasilitas yang basisnya mendasar, dan elemen-elemen penting dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan kebahagiaan yang setara. Kesadaran empati dan inklusivitas juga sekiranya merupakan hal penting. Masyarakat yang mempromosikan kesadaran empati dan inklusivitas dapat membantu menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai dan diakui. Mengurangi diskriminasi, ketidakadilan, dan persepsi negatif terhadap kelompok-kelompok marginal tertentu dapat berkontribusi pada peningkatan kebahagiaan secara keseluruhan. Kemudian mengembangkan kesadaran individu terhadap pemenuhan potensi pada setiap masing-masing personal menjadi salah satu hal pokok. Selain menciptakan kondisi sosial yang merata, penting juga untuk memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk mengembangkan diri dan mencapai potensi pribadi mereka. Ini melibatkan investasi dalam pendidikan yang holistik, pengembangan keterampilan, dan pembangunan karir yang memungkinkan individu untuk mengejar tujuan dan minat mereka sendiri. Yang tentu tidak kalah penting adanya peran komunitas dan kolektif masyarakat dalam keterlibatan sosial. Setiap komunal masyarakat yang didasarkan pada kebahagiaan yang setara harus mempromosikan keterlibatan sosial dan solidaritas antar individu. Memperkuat ikatan kolektifitas, mendukung kegiatan sosial, dan memfasilitasi kolaborasi dan kerjasama dapat membantu menciptakan lingkungan di mana semua orang merasa dihargai dan terlibat.
Dalam mencapai kebahagiaan yang setara dalam bentuk apapun, termasuk kebebasan personal, penting untuk diingat bahwa tidak ada pendekatan tunggal yang dapat diterapkan secara universal, sebagaimana Madara Uciha menerapkan konsep kedamaian dalam proyek mugen tsukoyomi-nya. Setiap individu dalam masyarakat memiliki keunikan dan tantangan sendiri. Oleh karena itu, dialog terbuka, partisipasi publik, dan keterlibatan aktif dari berbagai elemen dalam masyarakat diperlukan untuk menciptakan pendekatan yang sesuai dengan konteks lokal dan mencapai keseimbangan antara kebebasan individu dan kebahagiaan yang setara.