Oleh Siti Salmah
Di subuh yang menipis
sayup azan berkumandang
bersicepat dengan kokok ayam
wajah lusuh menghela panjang
Itu helaan terakhir sebelum kokok ayam
benar-benar tak lagi ia dengar
Ia susut katil ringkih tempat merebahkan mimpi
sembari mencium bantal berisi baju buruk anak-anaknya
—ini kali terakhir engkau kucium
sebelum ke tujuh anakku menciumku
dalam dingin yang ngilu
Di sisi lain, ia pandangi baju pramuka milik anak bungsunya
yang tergantung rapi selama puluhan tahun tepat di atas kepalanya
Ia yakini baju itu penghilang tangis paling gugu
—ini kali terakhir engkau kutunggu
sebab air mataku mengering
lalu pindah pada lukamu
bergegas ia gandeng hati menuju sumur mensucikan diri
lalu di hamparan sajadah menghambakan kepala pun hati
pada pemilik kepulangan
—ini kali terakhir doaku untuk ke tujuhnya
sebab mereka pun aku menjelma sepi
menunggu doa di langitkan saban detak jantung masih dengan detak yang sama
pagi semakin lusuh air mata
orang-orang bergandengan
mata-mata basah
wajah hilang tawa
tujuh pasang mata menelan air matanya sendiri
perempuan yang menunggu di pintu menulis puisi di bilik tuhan
—ia pulang—
Pekanbaru 2023
SITI SALMAH. Lahir di Tambang Kaluang, Tapanuli Selatan. 26 Oktober 1983. Pegiat Literasi, founder Komunitas Menulis 'Salmah Creative Writing' dan Salmah Publishing. Aktif melakukan pendampingan literasi ke sekolah-sekolah maupun perpustakaan kampung. Sajak-sajaknya pernah dimuat di beberapa media massa Local dan Nasional. Karyanya juga termaktub dalam beberapa Antalogi Puisi Asia Tenggara, Puisinya sebagai karya terbaik pada Festival Musim Hujan Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival 2020. Buku tunggal Pulang Ke Rahim Emak. Berdomisili di Pekanbaru.