Menebar Cinta di Tengah Gejolak Politik dan Perang

Oleh Angin Kamajaya
 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Sampurasun, Salam sejahtera untuk kita semua, Shalom, Om Swastyastu, namo bhudhaya, salam kebajikan, Rahayu. Aku Cinta Padamu.

Saudara-saudara yang terhormat,

Selamat malam, selamat datang di Semaan Puisi Episode Spesial PESTA PUISI CINTA PENYAIR TERPILIH. Semaan Puisi di adakopi original bergulir setiap kamis mulai pukul 19.00 – 22.00. Semaan Puisi, sejak digulirkan, hingga malam ini, sudah memasuki minggu ke 17. Kami menggulirkan semaan puisi dengan tujuan sederhana, memasuki ruang hening, menghilang sejenak dari kebisingan dunia, masuk kedalam dunia puisi dengan membaca dan menyimak puisi-puisi yang dipilih pada setiap minggunya.

Semaan puisi memilih para penyair, tidak berdaskan tema atau apa pun, supaya tidak terbebani dan tidak menjadi beban. Kami memilih puisi berdasaarkan intuisi yang muncul pada setiap minggunya. Ini sengaja dilakukan, bukan tanpa arah dan tanpa metode, tetapi untuk meningkatkan naluri dan kepekaan pada kebutuhan batiniah kami.

Kami menyadari bahwa dalam hidup, kita perlu ruang hening dan ruang henti sejenak, agar bisa berfikir dan bertindak lebih jernih dan genuine. Maka, itulah dasar Semaan Puisi bergulir.

Saudara-saudara yang saya cintai,

Pada kesempatan yang berbahagia ini, pada malam semaan puisi edisi spesial ini, marilah kita sejenak merenung bersama tentang peran budaya dalam menghadapi gejolak politik dan perang yang melanda berbagai penjuru dunia. Di tengah-tengah ketidakstabilan dan ketidakpastian, kita memiliki tugas mulia untuk memperbanyak menebar cinta dan memperkuat ikatan persaudaraan.

Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman, Indonesia memiliki ribuan pulau, ratusan bahasa, dan beragam adat istiadat. Kita adalah mozaik budaya yang terjalin dalam satu ikatan: Bhinneka Tunggal Ika. Namun, dalam situasi politik yang penuh tantangan dan konflik, bagaimana kita dapat memperkuat persatuan?

Budaya adalah jembatan yang menghubungkan kita. Dari Sabang hingga Merauke, kita menemukan kekayaan seni, musik, tarian, dan kuliner yang menggambarkan identitas kita. Mari kita pelajari dan hargai budaya-budaya ini. Dalam perbedaan, kita temukan persamaan. Dalam keberagaman, kita temukan kekuatan. Cinta adalah salah satunya.

Cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah dunia. Di tengah gejolak politik dan perang, mari kita menebar cinta dengan tulus. Cinta kepada sesama manusia, tanah air, dan alam semesta. Cinta yang tidak mengenal batas suku, agama, atau ras.

Memang, perang fisik tidak terjadi di depan mata kita, (semoga kita dijauhkan dari itu semua -amin), tapi efeknya, bisa mempengaruhi hidup kita dan hubungan kita dengan sekeliling kita. Begitu juga dengan gejolak politik yang setiap hari semakin tidak asik, dapat mengubah hidup kita semua. Bisa jadi, hari ini kawan, besok menjadi lawan.

Bagaimana kita menebar cinta? Pertama, dengan menghargai perbedaan pandangan. Setiap individu memiliki cara pandang yang unik. Mari dengarkan dengan sabar dan terbuka. Kedua, dengan memperkuat loyalitas pada persatuan. Cinta kepada bangsa harus mengalahkan kepentingan golongan. Kita adalah satu keluarga besar, dan keluarga tidak saling berperang.

Saya teringat sebuah hadist, ahbib habibaka haunna ma, ’asaa ayyakuna bagidoka yauma ma, abghi bagidoka haunna ma, ’asaa ayyakuna yauma ma. Cintailah kekasihmu sewajarnya, bisa jadi suatu hari nanti kamu harus membecinya. Bencilah orang kamu benci sewajarnya, bisa jadi suatu hari nanti harus mencintainya. Kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan. Kemarin lawan, hari ini kawan satu semaan. Dan keluarga, tetaplah keluarga.

Maka dari itu, marilah kita menebar cinta, cinta yang tulus tanpa beban. Cinta yang tanpa pamrih, cinta atas dasar kewajaran dan kesadaran untuk dicintai dan mencintai. Sehingga, kita tetap bisa berfikir jernih.

Selanjutnya, saya ingin mengingtkan kembali, bahwa  toleransi adalah kunci untuk menghadapi gejolak politik dan perang. Toleransi bukan hanya menghormati perbedaan, tetapi juga menghargai keberagaman. Mari kita belajar dari budaya-budaya lain. Mari kita berbicara, berbagi, dan memahami. Dalam toleransi, kita menemukan kedamaian. Kita menemukan ketenangan.

Namun, toleransi bukanlah tindakan pasif. Kita harus aktif memperkuat nilai-nilai toleransi. Mengenali diri sendiri adalah langkah awal. Dari sana, kita akan memahami kapasitas diri dan orang lain. Perbanyak teman dan kenalan. Pelajari lingkungan sekitar. Mari kita menjadi warga dunia yang bijaksana.

Saudara-saudara yang saya cintai,

Dalam gelapnya malam, kata-kata berlompatan berterbangan. Puisi adalah obat bagi hati yang terluka dan pikiran yang gelisah. Di tengah gejolak politik dan masa depan yang tak terduga, mari kita merenungkan puisi cinta. Mari kita membaca dan menulis puisi yang menenangkan jiwa.

Maka malam ini, dengan penuh rasa bangga, semaan puisi menghadirka pesta puisi cinta. Juga terimakasih yang tak terhingga, kepada teman-teman dan saudara-saudara yang sudah berpartisipasi untuk memeriahkan pesta ini, dan terlibat bersama kami untuk menanam benih-benih cinta.

Saya, Angin Kamajaya, mewakili Semaan Puisi, mengucapkan selamat menikmati cinta.

Sampurasun.
Aku Cinta Padamu.
 
KESAKSIAN 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA
 
1
Aku bersaksi,  
tujuh puluh tahun sudah  
negara Indonesia menjadi negara yang merdeka
tetapi rakyat Indonesia belum merdeka!
 
Aku bersaksi,
adalah kenyataan, bahwa rakyat Indonesia sejak zaman kolonial  
rezim orla, rezim orba, dinasti reformasi, bahkan dinasti revolusi mental  
rakyat Indonesia tidak pernah menjadi warga negara dengan hak yang penuh  
berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan, urusan negara dan urusan pemerintah
  
2  
Tengoklah kembali,
di zaman orla, rakyat hanya menjadi massa revolusi dan massa partai
sementara kelaparan dan kematian mengintai
di zaman orba, dinasti mataram berwajah baru
rakyat hanya menjadi massa pembangunan yang daya kreatifnya dibelenggu
penataran-penataran penyeragaman pikiran digalakan
dan kejahatan pemerintah oleh tentara diberikan dukungan
tentara melindungi kejahan pemerintah yang oleh rakyat tak bisa terbantahkan
 
Tengoklah kembali,
gerakan reformasi diadakan
rakyat dimanipulir membentuk barisan pemberontakan
seolah akan ada gerakan perubahan
kenyataanya,
reformasi hanya memberangus pemerintahan orba
rakyat tetap tidak merdeka
pemerintah hanya getol memperjuangkan posisi kedaulatan golongan mereka sendiri
bukan kedaulatan rakyat negri ini
mereka gede rasa
disangkanya suara mereka adalah suara rakyat
padahal hanya suara partai politik saja
mereka tak ubanya zaman mataram, kolonial, orla, dan orba
wajahnya saja yang baru
rakyat tetap tak merdeka dan terbelenggu
 
3
Kini,
reformasi berwajah revolusi
kemerdekaan tetap menjadi ilusi
rakyat tetap tanpa hak azasi
pemerinta hanya rajin mengumbar janji tanpa bukti
wajah-wajah baru yang arogan bermunculan
beradu kekuatan dan kecerdasan
sedang rakyat hanya menjadi bantalan dan sasaran
 
aku bersaksi,
Masih ada para pekerja yang tidak mendapatkan haknya sendiri
seperti sapi perah yang dilupakan majikannya sendiri
banyak orang yang menjadi gelandangan di negrinya sendiri
terlunta-lunta tanpa hak azasi
aparatur negara tidak membela rakyat
mereka tetap menjadi alat pemerintah untuk menindas rakyat  
seperti di zaman kolonial, di zaman orla, di zaman orba,  
di zaman reformasi, di zaman revolusi mental sama saja
 
Politikus asik memperkaya diri dan memperkuat kedudukan sendiri
Budayawan asik dengan proyek kebudayaan
sibuk memberi angka dan nilai pada perlombaan kebudayaan
Para penyair sibuk memperjual belikan metafora
berlomba dengan kata menuju langit tertinggi
sampai lupa menginjak bumi
Dan seniman, tetap menjadi buruh pusat kesenian sambil mabuk di emperan
Di sekolah para guru sibuk menata kurikulum dan memperjualbelikan buku pelajaran
Siswa dijelali hafalan dan menjadi terlunta tanpa keterampilan menyambut masa depan
Di rumah ibadah agawaman sibuk membela tuhan
Sambil membakar, membunuh dan menyiksa yang berbeda keyakinan
 
4
Aku bersaksi,
apalah artinya kemerdekaan tanpa kedaulatan
rakyat tanpa hak azasi dan pembinaan kesadaran
pemusatan kekuasaan pemerintah semakin berlebih-lebihan  
sehingga daya hidup masyarakat terlumpuhkan  
 
Rakyat yang tidak berdaya adalah rakyat yang kehilangan kemanusiaannya  
kekuasaan pemerintah yang absolut menjadi berhala
mengobrak-abrik tatanan nilai moral dan peradaban  
akhirnya terjadi proses erosi kemanusiaan  
di dalam kehidupan berbangsa
 
5
Aku bersaksi,
dengan malu-malu dan ragu
sekelompok orang bertanya tentang nasionalisme dan rasa berbangsa
rasa berbangsa kita telah dirusak oleh cara bernegara yang salah
dan nasionalisme sudah lama menjadi sampah
 
bunga-bunga berguguran di pekarangan
mata nanar melihat kematian dan penindasan
pikiran dipenuhi jaring laba-laba kekuasaan
 
apalah artinya kekuasan
apalah artinya kekayaan
jika tak bisa menyelesaikan persoalan kemiskinan
dan hanya memperbanyak gelandangan dan pelacuran!!!
 
        (Lenteng Agung, Agustus 2015 )
SECANGKIR KOPI, AKU, DAN KAMU
 
1
Memburu kamu di secangkir kopi
Ada buih rindu
Ada ketir yang diciptakan oleh jarak
Tak apa, sebab manisnya rindu lebih dahsyat daripada manisnya mulut politisi
Mereka sering membicarakan hal yang muluk
Tetapi lupa akan kewajaran yang semestinya terjaga
Ada pula yang sering menciptakan mimpi
Tetapi mereka lupa bangun untuk kemudian mewujudkannya
Para politisi itu seperti buah bintaro
Isi buahnya pahit tidak ketulungan
 
Langit sepi
Kucari kamu di secangkir kopi
 
2
Kucari kamu di secangkir kopi
Di tumpukan buku, di lembaran pesan elektronik, di bait-bait puisi,
di secercah harapan yang kita ciptakan;
Kamu tak ada
 
Aku malah menemukan lembaran kerja yang tertunda,
cita-cita yang kusam tergantung di jendela,
foto politisi yang kepingin jadi artis, dan potret suram pendidikan bangsa kita
 
Ya...kutemui pendidikan bangsa ini menjadi lahan bisnis yang menjanjikan
Sekolah hanya menjadi status
Tidak menjanjikan pengetahuan dan keterampilan
Buku ajar dipolitisir jadi penghasilan yang menguntungkan
Para guru sibuk memanipulasi nilai, angka kredit, dan perangkat sertifikasi
Sedang siswa terlantar kurang perhatian dan lari ketempat kursusan dan bimbingan
 
Kenapa lembaga kursus dan bimbingan belajar lebih menjanjikan dari sekolah?
Apakah karena harganya lebih mahal?
Apakah kerena kualitas belajar di sekolah tidak menjanjikan?
Kalau begitu, tutup saja sekolah, mari kita buka lembaga kursus dan bimbingan lebih banyak!
Agar kita kaya, dan yang memerlukan keterampilan tetap terjaga
 
Ah, kamu tak ada
Aku ingin mengatakan ini lebih banyak
Aku curiga, aku sedang terseret arus bawah
Menjadikan sekolah sebagai lembaga bisnis yang lumrah
Setelah bisnis kesehatan
 
Aku tulis ini ketika bulan sebelah menjadi gelisah
Dan kamu tak kutemui dalam secangkir kopi
 
 
3
Secangkir kopi pagi;
Aku berseru menyebut namamu
Wahai kau yang berkeliaran di dada
Ada tangis di balik senyum yang sumringah
Ada tiran yang pongah berkedok budi yang ramah
Dan kemanusiaan hilang kemerdekaanya
 
Di jaman cybernetik ini, feodalisme menjadi alasan perlawan pada sikap yang instan
Sikap tunduk dan taat aturan dijadikan perisai atas pembunuhan kemerdekaan
dan pengabdian adalah alasan kebudayaan alam yang harus diterima tanpa diolah akal sehat
 
Di manakah kemerdekaan
Di manakah kemanusiaan
 
Ia telah lama mati di bangku sekolah
Ia tak berdaya di beranda lembaga pendidikan yang feodal dan militeristik
Selama kemanusiaan diartikan tunduk dan patuh pada kebudayaan alam dan meniadakan akal sehat
Kita tak akan bisa membela masa depan
 
Secangkir kopi pagi;
Kujumpai manis
Kutemui pahit
Berpadu
Seperti aroma senyummu
 
Secangkir kopi pagi;
Aku teringat kamu
Wahai kau yang berkeliaran di dada
Merdekalah!
 
4
Secangkir kopi
Semesta duka
Aku teringat Deandles, Rafles, Multatuli, Saijah, Adinda...
 
Secangkir kopi
Adalah tumpukan sejarah yang tak habis dibaca
 
 
 
Depok, 14 Sept. – 1 Okt. 2014
CORETAN EMPATBELAS MALAM X
maya,
sesekali biarlah kusanggul rambutmu yang panjang itu
sebagai tanda bahwa kita hidup bersama tak sekedar satu atap
kau juga boleh rapih kan kumisku yang jarang,
bahkan boleh kau tambal dengan rambutmu
sebagai tanda bahwa kita hidup saling mengisi
 
sesekali tundalah sebentar,
mimpi dan anganmu yang selalu kau bicarakan sebelum tidur
cobalah hidup mengalir seperti air,
mengikuti alirannya, melewati bebatuan, menghantamnya jika mampu
dan berbelok jika tak mampu
atau hidup seperti angin berhembus sesuka hati mengikuti arus,
tanpa memikirkan kemana akan dihempaskan
Dengan begitu kita hadir dan nyata terlibat dalam masa yang ada
 
maya,
seperti kesepakatan kita
bahwa aku mencintaimu bukan karena kau memiliki sebidang tanah untuk diolah
dan kau mencintaiku bukan karena rumah mewah peninggalan ayah
keduanya mungkin akan habis kita jual untuk biaya anak-anak sekolah
sebab di negeri ini sudah tak ada yang murah
 
seperti kesepakatan kita
aku mencintaimu karena lengkung alismu seperti pelangi
kau mencintaiku karena bulumataku yang lentik seperti kelopak bunga mawar
dan itu menandai bahwa kita mencintai tanpa beban
dan tanpa alasan barang bawaan
maya,
aku lelah
biarlah sejenak aku istirahat dipangkuanmu
melepas segala resah pada kenyataan yang membuat kita tak bisa pasrah
seperti katamu, pasrah bukanlah jalan keluar yang paling baik
 

(ruangpicisan 01062010)

Sebagai pemanasan dan pembuka, saya baca kan puisi saya, yang saya tulis pada tahun 2015.
Puisi ini ditulis atas dasar kesadaran akan cinta kepada tanah air dan Indonesia.


Lebih baru Lebih lama