Bait-Bait Semesta: Edith Indah Lestari

Oleh Edith Indah Lestari

TELESKOP
Di antara cakrawala, di mana matahari terbenam,
Tak terbatas, terpampanglah keindahan senja.
Angin malu-malu merangkak melalui rerumputan,
Membawa bisikan-bisikan masa lalu.

Di dalam keheningan, di mana bintang-bintang bermain,
Terpancarlah rahasia alam semesta.
Dengarlah, suara gemerisik daun menari,
Menyanyikan lagu tentang kehidupan yang tak terbatas.

Puisi ini lahir dari titik-titik imajinasi,
Melintasi samudra waktu, mengelilingi planet-planet.
Bukan kata-kata yang dicuri dari langit,
Melainkan rasa syukur yang tulus dari hati yang berjiwa bebas.


NYALA API
Di sela-sela kabut pagi yang tipis, Mereka berani muncul, menari dengan anggun.
Suara-suara itu adalah nyanyian kebebasan,
Yang menari bebas di bawah sinar mentari.

Tiada lagi jeruji yang menahan mereka,
Hanya ruang terbuka yang memeluk langit.
Mereka berkisah tentang kebenaran dan keadilan,
Merangkai bait demi bait, tanpa cela.

Di mana pun angin membawa, di mana pun mata memandang,
Suara-suara itu terdengar, memenuhi alam semesta.
Mereka adalah nyala api kebebasan,
Yang tak akan padam, meski gelap melanda.


 MENGAGUMI
Dia seperti pahlawan dalam cahaya mentari,
Keberanian mengalir dalam setiap langkahnya.
Dalam matanya terpancar ketegasan,
Laki-laki yang dikagumi, seperti prajurit yang tegar.

Ketangguhan hatinya menggetarkan,
Seperti gunung yang kokoh di tengah badai.
Senyumnya adalah pesona yang menawan,
Laki-laki yang dikagumi, seperti kisah yang memikat hati.


BUNGA
Dia seperti bunga yang mekar di pagi hari
Elegan dan mempesona, dalam cahaya yang menyinarinya. 
Pandangan mata terpaku pada keanggunannya
Orang yang dikagumi, penuh pesona dan kebijaksanaan.

Langkahnya tegap, seiring langit yang biru.
Cahaya kebaikan bersinar dari dalam hatinya.
Bak bintang yang bersinar di malam yang gelap.
Lebih baru Lebih lama