Oleh Eka Gilang Wicaksana Sulaeman
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya, ketika sahabat saya Ilhamsyah dapat meluncurkan novel perdananya berjudul ‘Langkah-Langkah’ membuat saya cukup bergairah untuk segera membaca karyanya saat itu sampai-sampai saya lupa membayar kopi yang sudah saya habiskan. Novel ‘Langkah-Langkah’ ini menceritakan tentang 4 sekawan yang berasal dari latar belakang yang sangat berbeda. Maya, seorang gadis berusia 17 tahun yang tinggal di wilayah kumuh kota Harmoni, namun Ia sangat haus akan ilmu pengetahuan. Rama, seorang aktivis muda dari kalangan pekerja yang tengah memperjuangkan hak-hak para buruh. Nadia, seorang ibu tunggal beranak satu yang berusaha menghidupi anaknya yang masih kecil, namun terkendala kualifikasi pendidikan sehingga Ia terpaksa bekerja serampangan. Arif, seorang pemuda yang terjebak dalam aktivitas kriminal.
Keempat sekawan yang memiliki persoalan masing-masing dalam kehidupannya ini kemudian bersatu pada suatu moment pasca bencana yang melanda kota Harmoni, dan dari sanalah keempatnya saling bertemu dan menemukan kesamaan dalam pandangan mereka. Mereka berempat sepakat bergerak untuk membuat sebuah dobrakan berupa jasa dalam membangkitkan, dan meningkatkan kualitas hidup di kota Harmoni yang dimulai dengan membentuk komunitas kecil. Dan dalam perjalanannya, sudah barang tentu keempatnya mendapatkan berbagai halangan, namun keempatnya dapat mengatasi itu semua dengan kerja sama mereka yang begitu kompak.
Kurang lebih, itu cerita yang saya pahami dari novel ‘Langkah-Langkah’ karya Ilhamsyah. Bagi saya, novel ini sudah menawarkan ide cerita yang cukup menarik. Saya melihat bahwa Ilhamsyah memiliki potensi untuk menjadi seorang penulis atau paling tidak seorang pencerita yang ulung. Hal ini dibuktikan dengan keberanian Ilhamsyah yang langsung memainkan empat tokoh protagonis secara bersamaan bahkan sejak awal cerita. Tidak hanya itu, Ilhamsyah juga berani menyampaikan gagasan-gagasan terpendamnya dalam novel ini secara gamblang. Maka, saya merasa novel ini sudah cukup bagus untuk seseorang yang baru saja menerbitkan novel perdananya, paling tidak ini sebagai gerbang awal penulis dalam berproses mencapai kematangan karya.
Terus terang, novel ‘Langkah-Langkah’ ini mengingatkan saya pada masa lalu saya yang memiliki impian yang begitu tinggi, di mana segala macam cara saya lakukan dalam mencapai impian saya pada saat itu. Maka, saya merasa bersyukur karena saya menjadi orang yang diberikan kesempatan untuk membaca, dan me-review novel ini. Dan saya sangat berterima kasih kepada penulis, Ilhamsyah yang berhasil membawa kembali ingatan saya yang sangat berharga tentang perjuangan-perjuangan yang pernah saya lewati. Dan lagi-lagi, untuk membuat sebuah cerita yang bisa membuat orang bernostalgia dengan masa lalunya merupakan salah satu bentuk keberhasilan penulis dalam menyajikan sebuah cerita.
Sayangnya, potensi dari novel ini menurut saya menjadi kurang terlihat karena banyaknya format cerita dan pemilihan diksi yang cenderung klise. Pembangunan masing-masing karakter dari empat sekawan ini juga tidak terbentuk dengan baik, sehingga membuat saya berusaha lebih keras untuk bisa hanyut dalam cerita empat sekawan ini. Kemudian, masih ditemukan kesalahan dalam urusan tipografi, agaknya ini cukup mengganggu bagi yang tak terbiasa. Tetapi lagi-lagi, bagi saya ini masih bisa ditolerir mengingat kelemahan-kelemahan tadi bisa tertutupi dengan suguhan ide cerita dan keberanian penulis dalam mengungkapkan gagasannya pada novel ini. Jadi, secara keseluruhan buku ini masih cukup layak untuk dibaca, khususnya bagi kaula muda yang hendak berproses ataupun hanya sekadar mencari referensi, sebab novel ini nempaknya memang sengaja disajikan menggunakan format-format sederhana agar pesan penulis dapat tersampaikan kepada pembacanya dengan mudah.