Namanya Obrolan: Ngobrolin Gagasan-Gagasan Kecil dan Berserak

Oleh Mahwi Air Tawar

Bersua, ngobrol, dan berbagi cerita menjadi sesuatu yang langka dan istimewa. Ngobrol, kata Toni Morrison, novelis Amerika, dalam novel terbaiknya, “Love”, menyebutkan, bahwa saat ini orang mulai jarang ketika berbicara (ngobrol) melibatkan pikiran. Pernyataan itu tentu tidak secara khusus disampaikan dalam rangka mengkritik kondisi manusia modern ketika bertemu kemudian sibuk dengan pikirannya masing-masing. 

Sehingga, apa yang disampaikan Bernard Berelson, sang pakar ilmu komunikasi dan perilaku, dalam bukunya, Behavior: An Inventory of Scientific Finding (1964), menyebutkan, komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, dan keterampilan jarang terjadi. 

Di Indonesia sendiri, budaya ngobrol sempat populer dan bahkan menjadi laku hidup manusia Jawa, khususnya. Di Jawa, budaya bertemu dan ngobrol ngalor-ngidul, terjadi di pos-pos ronda dan angkringan-angkringan. Tentu saja isi dari obrolan itu bisa apa saja: mengobrolkan perihal kehidupannya, perihal lingkungan, perihal sosial, dan politik. Semua itu diobrolkan tanpa merasa terbebani perasaan takut salah. Bagaimana tidak, seseorang yang setiap harinya hanya angon kambing, ke sawah, dan atau hanya tura-turu ketika berada di gardu, di angkringan, dan di kedai-kedai kopi mendadak menjadi orang paling ahli dalam segala hal saat berkumpul.

Bertemu dan ngobrol secara tidak langsung menjadi sebuah terapi bagi sebagian orang-orang untuk melepas segala hal yang membuat sesak dada, atau seorang bapak-bapak yang di rumah atau di lingkungan kerjanya kehilangan ruang mengemukakan pendapat lantaran istri, atasan atau kekasihnya terlampau mendominasi bahkan untuk sekedar tertawa. Pun demikian juga dengan anak-anak remaja dan gen-Z, mereka merasa mendapat kemerdekaannya sebagai manusia justru di tempat-tempat tongkrongan, di pos ronda, di angkringan, dan di kedai-kedai kopi. Jangan-jangan “ilham dan ilmu pengetahuan” datang dan banyak didapatkan di tempat-tempat tongkrongan, tidak di tempat-tempat suci yang dijadikan ajang kampanye atau di sekolah-sekolah yang lebih banyak digunakan ajang bisnis ketimbang sebagai ruang belajar? 

Maka, dalam kontek sebagaimana disebutkan di atas, tidak salah bila pada tanggal 29 Desember 1675, bahwa Raja Charles II dari Inggris melarang warganya untuk berkumpul dan berdiskusi di kafe-kafe. Sekedar tambahan dari catatan remeh-temeh ini, tidak sedikit gerakan-gerakan, sebutlah Revolusi Perancis bermula dari sebuah pertemuan kecil, obrolan kecil yang terjadi di kedai-kedai kopi.

Di Indonesia, dalam kumpulan kolom Mangan ora Mangan sing Penting Kumpul, Umar Kayam dengan jenaka menampilkan tokoh-tokoh yang kocak dan tanpa batasan status sosial antara atasan dan bawahan, antara atau Tuan Ndoro dan pembantu alias jongos. Kedua tokoh yang di antaranya adalah Mr. Rigen dan tuannya, sang Profesor, selalu bikin hari-hari mereka hangat. Sang Profesor tidak pernah lupa mengajak pembantunya sambil melakukan aktifitas  selalu ngobrol tentang apapun tak terkecuali tentang politik nasional. Dalam cerpen Keajaiban di Pasar Senen, Misbach Yusa Biran, juga menghadirkan tokoh-tokoh yang suka ngobrol di warung-warung kopi meski yang dibeli hanya secangkir kopi hingga pagi. 

Nagib Mahfouz, sastrawan Timur Tengah, yang karya-karyanya mengantarkannya meraih hadiah nobel selalu menghabiskan waktu pagi harinya di kafe kembali menguping orang-orang mengobrol sesekali bahan obrolan itu dijadikan bahan cerita pendek dan novel-novelnya. 

Bersua, ngobrol, dan tentu saja sambil ngopi tidak hanya bermanfaat untuk menjalin silaturahmi namun di dalamnya juga akan dijumpai “keajaiban-keajaiban”: ide-ide, kegembiraan. Tentu saja, dengan bertemu dan ngobrol setidaknya kejenuhan akan mencair dan ide-ide yang berserak pun bisa dengan mudah diwujudkan. 

Chanel NamanyaObrolan pun tidak terkecuali, channel yang digagas dan didirikan oleh Andy Lesmana, Alfiansyah, Triwiyono Susilo kemudian dijalankan oleh sekumpulan anak-anak muda yang memiliki kegelisahan dan pemikiran yang sama seperti, pemuda berbakat  Adjie, Arga, Ilham Syah, Bintang, Andy Lesmana, Alfiansyah, Triwiyono Susilo, dan saya sendiri. 

Sebagai anak-anak muda dan terpelajar tentu kami tak bermaksud mencontoh obrolan-obrolan tokoh terkemuka sebagaimana disebutkan di atas. Bagaimanapun, bobot pemikiran dan obrolan kami tidak berkualitas para tokoh. Tapi tidak salah bukan bila kami mengambil bagian dari ide-ide kecil yang berserak dan menyajikannya menjadi wacana dan ilmu pengetahuan, yang barangkali, bisa jadi, apa yang kami lakukan tidak penting juga di tengah arus informasi dan narasi-narasi besar dan dibangun oleh sekumpulan orang-orang penting dan bermodal besar.

Tapi, setidak-tidaknya, chanel NamanyaObrolan, menjadi salah sat penanda atau cahaya —sekalipun cahaya itu keluar dari senter handphone— ketika kami menapaki  jalan pengetahuan yang berserak dan narasi-narasi besar tentang ke-Indonesia-an yang, menurut orang-orang yang berada di bawah cahaya terang lampu proyek, Indonesia dalam bahaya. 

Ya, tentu saja “cahaya penerang” yang kami pakai tidak seperti “cahaya penerang” orang-orang terdahulu yang menggunakan senter, obor, lengkap dengan kentongan agar warga waspada, sehingga orang-orang sekampung pun terjaga dan siaga di pos ronda sambil mengobrolkam (rarasan) apa yang terjadi. 

Dalam kontek saat ini, hal-hal demikian tentu sudah tergantikan; ngobrol dan berbalas komentar bisa kita lakukan di media sosial. Pertanyaannya, sampai bila kita “pertemuan dan ngobrol” kita hanya melakukan di media sosial? Bukankah bertemu, ngobrol hingga bercengkrama dengan bebas lintas ekspresi bisa kita wujudkan di adakopi sambil ngopi kita bisa ngobrol langsung dan bila perlu, dikontenkan lewat chanel NamanyaObrolan? Ya,  sekalipun isi daripada obrolan terkesan receh, remeh, dan mungkin bisa dianalogikan seperti sekecap kopi. Bukannya enak dan tidak enaknya secangkir kopi dimulai dari cecapan pertama? Atau, meminjam anjuran filosof dan penyair Cina, Lao Tse, mengatakan, Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. 

Dan, channel NamanyaObrolan sedang mengawali langkah untuk perjalanan beribu mil, sebuah langkah pertama menuju puncak. 

Daerah Depok Terluar, 2024


Mahwi Air Tawar
Redaktur Kelas Menulis
Penulis Buku Kumpulan Puisi Mata Blater

Lebih baru Lebih lama