Oleh Risky Fajri
Teater Lonceng kembali bergema melalui suguhan apiknya yang secara konsisten memunculkan ide-ide baru seputar moral manusia. Lakon "Setan dalam Bahaya" karya Taufik Al-Hakim untuk kedua kalinya ditampilkan kembali pada pukul 20.00 WIB s.d. selesai tanggal 25 s.d. 26 Oktober 2024 di Aphiteater, Jaltreng Taman BSD 2 Tangsel, Banten. Namun kali ini ada yang sedikit berbeda, terutama hadirnya Setan seperti dalam judul.
Secara khusus “Setan Dalam Bahaya” karya Taufik Al-Hakim merupakan sebuah drama yang bersinggungan dengan tema besar mengenai moralitas, kekuasaan, dan konflik internal manusia yang pada dasarnya manusia selalu dihantui oleh pikirannya. Lakon ini menawarkan eksplorasi mendalam tentang kedirian manusia, bagaimana dunia terbentuk dan dibentuk tergantung manusianya dan pada masalah mendasar yaitu: dapur.
Cerita dimulai dengan seorang Filsuf yang sedang bekerja di dapur waktu tengah malam. Secara tiba-tiba Filsuf kedatangan tamu Setan yang sedang dalam bahaya. Kondisi tidak masuk akal ini terjadi bukan tidak dengan alasan, dibalik itu terdapat situasi genting yang menggambarkan kondisi manusia yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dari yang terbesar terdapat pemaknaan masalah perang yang sepertinya khusus, rahasia, tapi umum dan gawat. Lalu mengerucut pada masalah ego dan patriarki, hingga masalah dapur yang sederhana namun sejatinya ialah akar dari timbulnya permasalahan.
Teater Lonceng dengan Lakon "Setan dalam Bahaya" karya Taufik Al-Hakim mempertunjukkan drama teater yang menantang pemikiran dan mengajak penonton untuk merenungkan sifat dasar kedirian manusia. Menggunakan karakter Setan, Filsuf, dan Istri sebagai alat untuk mengkritik dan mengeksplorasi kompleksitas manusia. Membuat karya pementasan pertunjukan yang mendalam dan reflektif.
Dokumentasi adegan SDB (26 Oktober 2024)
Pementasan Teater Lonceng kali ini dinahkodai oleh seorang produser muda bernama Aulia Putri Wardani, beserta tim: 1) Wanda Meida, dan Arya Utama sebagai sekretaris, 2) Rachma Triana, dan Maria Ulfa sebagai bendahara, 3) Teris Idham P. P., dan Panji sebagai humas, 4) Ateng, dan Afrilia T. Salsabila sebagai desain dan publikasi, 5) Adi Fauzan, Syamsul Maarif sebagai danus, 6) dan Amarta sebagai tiketing.
Sementara artistik diisi oleh: 1) Brata H. Wijaya sebagai sutradara, 2) Ridho Febriansyah sebagai astrada, 3) Wahyu Saputra sebagai stage manager, 3) Teris Idham P.P., Brata H. Wijaya, Amanda Putri A., dan Aulia Putri W. sebagai aktor, 4) Achmad Faqqihu, Deri Posmen, dan Grace Agevelin sebagai pemusik, 5) Adam N, Panji, Bima S, Agung, Endrik, Arip, dan M. Willys S. sebagaipenata dekorasi dan panggung, 6) Adam Nurjaman, dan Bima Sevadriansyah sebagai tata cahaya, 7) Jia Nurul, dan Adinda Safitri F. sebagai tata busana, 8) dan Ratu Khansa Najla H. sebagai tata rias.
Dokumentasi adegan SDB (26 Oktober 2024)
Peperangan di muka bumi ini adalah sebuah tugas rumah setiap manusia yang mencintai kedamaian. Namun siapa sangka jika peperangan justru bermula dari ide atau gagasan tentang sebuah perdamaian. Sehingga hal ini menjadi pradoks yang cukup menarik untuk dikulik. Sekaligus paradoks yang dapat mengingatkan seluruh umat manusia bahwa bahaya peperangan yang dapat membinasakan seluruh umat manusia kini tepat di depan mata.
Melalu tangan sutradara muda bernama Brata H. Wijaya, Lakon "Setan dalam Bahaya" dikemas cukup rapih dengan menampilkan kemunculan setan yang tidak biasa. Kehadiran setan menemui seorang filusuf memberikan tanda tanya besar bagi setiap penonton yang hadir. Akan tetapi penonton lebih terkejut dengan kehadiran setan yang rupanya tidak seperti apa yang digambarkan oleh manusia. Dengan pakaiannya yang aneh, dan gelagak lucunya memberikan hiburan yang cukup satir.
Setidaknya Teater Lonceng memberikan kejutan dengan kemunculan setan yang berbeda dengan naskah aslinya karya Taufik Al Hakim ini. Di dalam naskah sendiri setan yang dimunculkan hanya berjumlah satu, namun ternyata sang sutradara berpendapat berbeda dengan memunculkan dua setan sekaligus. Kemunculan dua setan ini menegaskan bahwa kehidupan setan dan umat manusia sedang tidak baik-baik saja. Setan yang selalu disalahkan oleh umat manusia sejatinya tidak lebih kejam dari manusia itu sendiri. Tugas setan hanyalah menjalankan petuah leluhur untuk menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Namun pada kenyataannya manusialah yang menghancurkan dirinya sendiri melalui akal pikiran hingga berujung peperangan.