CHARLES BAUDELAIRE; JALAN GELAP KEPENYAIRAN

 

Oleh Angin Kamajaya

disarikan dari berbagai sumber untuk semaan puisi episode 54, Kamis, 14 November 2024, di pendopo Doa

Charles Baudelaire atau Charles Pierre Baudelaire lahir pada 19 April 1821 di Prancis adalah seorang Penyair, Penulis Essay, Penerjemah, dan kritikus seni Prancis. Kehadirannya serta karya-karyanya memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan sastra dan seni Eropa pada abad 19. Puisi-puisi Baudelaire sebagian besar menggambarkan pengalamannya hidupnya denga permainan rima yang baik, beberapa puisi terasa bernuansa erotik karena pengaruh sastra era romantik. Ia pernah tersangkut politik sastra atas buku puisinya yang berjudul Les Fleurs du Mal yang membuatnya dan penerbitnya harus membayar denda sebesar 300 franc (sheid, 2022). Scheid (2023) juga menyebutkan bahwa Les Fleurs du Mal Baudelaire mejadi samacam autobiografi dalam bentuk puisi.

Karya-karya Baudelaire yang bergaya puisi prosa banyak mempengaruhi penyair-penyair setelahnya, diantaranya Paul Velairene, Arthur Rimbaud, dan Stéphane Mallarmé. Baudelaire juga menggaungkan istlah medernitas pada karya-karya sebagai bentuk ungkapan pengalaman hidup di kota metropolitan. Marshal Breman menyebut Beudelaire sebagai orang yang pertama mencetuskan sastra modern. 

Ayahnya Baudelaire, Joseph-François Baudelaire adalah seorang pegawai negeri dan seniman amatir. Ia meninggal ketika Baudelaire masih kecil tahun 1827 (Kurnia, 2019). Tahun berikutnya, ibunya, Caroline, 34 tahun lebih muda dari ayahnya, menikahi Letnan Kolonel Jacques Aupick, yang kemudian menjadi duta besar Prancis untuk berbagai kerajaan. Pada sejumlah biografi Baudelaire, peristiwa pernikahan ibunya sering dianggap sebagai salah satu momen penting dan berpengaruh pada hidup Baudelaire berikutnya. Peristiwa tersebut memberikan trauma yang cukup dalam khususnya terbaginya cinta ibunya saat Baudelaire masih sangat kecil.

Baudelaire bersekolah di kota Lyon. Saat usianya masih 14 tahun, teman-temannya sering menyebutnya sebagai orang yang lembut dan terhormat yang mencintai sastra melebihi usianya sendiri. Hidup Baidelaire tidak tertib dan cenderung berantakan. Selama belajar ia sering bermalas-malasan ketimbang rajin belajar. Baudelaire kemudian mulai bersekolah di Lycée Louis-le-Grand di Paris. Ini adalah sebuah Lembaga kursus Pendidikan hukum yang sangat populer pada masanya, khususnya untuk orang-orang yang belum menentukan karir. 

Pada masa di Paris, hidup Baudelaire semakin berantakan. Ia mulai hidup yang hedon, terlilit hutang karena hidup yang konsumtif pada pakaian, dan sangat mungkin sudah mulai terjangkit penyakit sipikis karena sering bermain pelacur dan melacurkan diri. Ia juga sering bahkan sepanjang karirnya, selalu minta dikirimi uang kepada ibunya sambil menjanjikan akan segera mendapatkan kontrak sebagai jurnalis atau medapatkan komisi dari karya tulisnya.

Pada tahun 1839, Baudelaire menyelsaikan sudinya dan mendapatkan gelar. Namun, ia kemudia ragu dan merasa tidak terpanggil untuk bekerja di bidang hukum. Ayah tirinya, sangat ingin ia pergi dan bekerja pada bidang hukum, namun, baudelaire merasa tidak terpanggil. Ibunya pun merasa, bahwa Baudelaire lebih cenderung dan cocok di sastra. Jika Baudelaire bekerja di bidang hukum, ibunya berfikir Baudelaire, tak akan punya nama di bidang sastra, tapi, bagi ibunya, apapun pilihannya, yang terbaik adalah pilihan yang bisa membahagian mereka bertiga.

Akhirnya, pada tahun 1941, Ayah tiri Baudelaire, mengirimnya dalam sebuahb perjalan menutu Kalkuta, India. Perjalanan ini diharapkan dapat mempernaiki kebiasaan buruk Baudleaire dan memperbaiki hidupnya. Perjalanan ini kemudian oleh Baudelaire dituangkan dalam karya-karyanya, terutama kesan menge laut, pelabuhan, pelayaran, dan perjalanan. 

Sekembalinya ke Paris ia kemudian mulai menuliskan puisi-puisinya yang kemudian terkumpul dalam Les Fluers du Mal. Pada usianya yang ke 21, Baudelaire mendapatkan warisan yang sangat banyak dari keluarganya, tapi kemudian dia sia-siakan dan menguap begitu saja. Akhirnya, keluarganya memutuskan untuk menitipkan warisan sisanya. Keputusan ini sangat dibenci oleh Baudelaire. Namun, keluarganya beranggapan, dengan memutus sokongan ekonomi, mereka berharap baudilaire dapat lebih baik dalam mengatur keuangannya.

Pada tahun 1847, Baudelaire berkenalan dengan karya-karya Edgar Allan Poe. Perkenalan dengan karya Poe, membuat banyak cakrawala puitika yang terbuka dalam diri Baudelaire, khususnya pada ide-ide dan gagasan yang selama ini ada dalam kepalanya, namun sulit untuk dituangkan. Sejak saat itu, ia sibuk dengan karya-karya Poe hingga tahun 1856. Kemudia, beberapa pengamat, menempatkan Baudelaire sebagai penerjemah terbaik karya-karya Poe ke dalam bahasa Prancis.

Selain dipengaruhi oleh karya-karya Poe, Baudilaire juga dipengaruhi oleh karya-karya Eugène Delacroix yang kemudian cerapan estetiknya tertuang dalam Salon of 1846. Beberapa nama lain yang meberikan pengaruh pada karya-karya Baudilaire diantaranya, Richard Wagner, Théophile Gautier, Édouard Manet, dan Nadar. Selain mempengaruhi, ada juga yang menjadi partner dan bekerja sama.

Pada tahun 1848, ia pernah ambil bagian dalam gerakan revolusi dan bahkan menulis beberapakali untuk surat kabar revolusi. Namun, dunia politik tak membuatnya begitu tertarik, ia kemudian mundur secara perlahan.

Tahun 1850-an, hidup Baudelaire semakin kacau. Ia berhadapan dengan Kesehatan fisik yang buruk, hutang di mana-mana, hidup berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya untuk menghindari penagih hutang. Karya tulis yang tidak teratur ternit dan honornya, proyek-proyek terjemahan yang gagal dikerjakan, meskipun ia sempat menyelsaikan terjemahan untuk karya Edgar Alan Poe, ia tetap tidak tenang dan gelisah menghadapi hidupnya.

Setelah kematian Ayah tirinya pada 1857, perpecahan dengan Ibunya tak bisa terhindarkan, ditambah, ia tidak tertulis dalam surat wasiat ayahnya. Baudelaire akhirnya pasrah pada situasi itu sampai meninggal. Pada usianya yang ke 36, Baudelaire sempat menulis surat untuk ibunya, dan salah satu kalimatnya adalah, ”percayalah, aku hanya milikmu, dan akan tetap menjadi milikmu”. 

Baudelaire meninggal pada usia 46 tahun, yakni pada 31 Agustus 1867. Sebelum meninggal, Baudelaire menghabiskan sisa hidupnya dalam keadaan setengah lumpuh. Keadaan finansialnya yang semakin hancur sejak 1861, setelah ia menerbitkan Poulet Malassis. Pada tahun 1864, ia meninggalkan Paris meunuju Belgia, dengan harapan karya-karyanya banyak yang terjual dan dapat beberapa pekerjaan dengan memberikan workhsop atau mengajar. Gaya hidupnya yang tidak berubah, tak banyak memberi perubahan. Akibat terlalu banyak menghisap opium, pada tahun 1866, ia kemudian menderita paralis dan aphasia sampai akhirnya meninggal. Baudelaire di makamkan di Cimetière du Montparnasse, Paris.

Setelah kematiannya, banyak karya-karyanya yang kemudian diterbitkan sebagai upaya untuk mengenangnya. Ibunya, nampak senang, karena nama anaknya akhirnya menjadi besar, sekali pun ibunya kemudian membayar semua hutang Baudelaire yang banyak itu. Empat tahun setelah kematian Baudelaire, Ibunya, juga kemudian meninggal, pada tahun 1871.

Sebagai perkenaalan dan mengenang Baudelaire, mari kita simak salah satu puisinya berikut ini,


La Mort des pauvres


C'est la Mort qui console, hélas! et qui fait vivre;

C'est le but de la vie, et c'est le seul espoir

Qui, comme un élixir, nous monte et nous enivre,

Et nous donne le coeur de marcher jusqu'au soir;


À travers la tempête, et la neige, et le givre,

C'est la clarté vibrante à notre horizon noir

C'est l'auberge fameuse inscrite sur le livre,

Où l'on pourra manger, et dormir, et s'asseoir;


C'est un Ange qui tient dans ses doigts magnétiques

Le sommeil et le don des rêves extatiques,

Et qui refait le lit des gens pauvres et nus;


C'est la gloire des Dieux, c'est le grenier mystique,

C'est la bourse du pauvre et sa patrie antique,

C'est le portique ouvert sur les Cieux inconnus!



THE DEATH OF THE POOR


It's Death that comforts us, alas! and makes us live;

It is the goal of life; it is the only hope

Which, like an elixir, makes us inebriate

And gives us the courage to march until evening;


Through the storm and the snow and the hoar-frost

It is the vibrant light on our black horizon;

It is the famous inn inscribed upon the book,

Where one can eat, and sleep, and take his rest;


It's an Angel who holds in his magnetic hands

Sleep and the gift of ecstatic dreams

And who makes the beds for the poor, naked people;


It's the glory of the gods, the mystic granary,

It is the poor man's purse, his ancient fatherland,

It is the portal opening on unknown Skies!


***


(terjemahan William Aggeler)

MATINYA KAUM MISKIN


Sayangnya Mautlah yang menghibur dan mengulur umur;

Dialah tujuan hidup kami dan satu-satunya harapan

Yang bagai obat kuat meningkat semangat dan memabukkan,

Dan menegakkan hati buat jalan hingga malam;


Lintas topan, dan salju, dan angin dingin,

Dialah sinar gemetar di kaki langit hita;

Losmen terkenal, termaktub atas Kitab

Tempat makan, tidur dan duduk melepas lelah;


Dialah malaikat yang jari-jarinya penuh mukjizat

Kantuk dan kuasa buat impian-impian gairah,

Serta dibenahinya ranjang bagi orang-orang malang dan telanjang;


Itulah kemegahan para Dewa, dialah lumbung mistik,

Kanjut uang si miskin tanah asalnya yang asli,

Gerbang yang membuka ke langit-langit tak dikenal!

(terjemahan Wing Kardjo)


Sebagai mana diperkenalkan pada perkenalan awal, bahwa puisi-puisi Baudelaire cukup kental dan rapi dalam memainkan rima. Kita bisa amati puisi di atas. Dari puisi tersebut, kita bisa lihat dan amati permainan bunyi dan rima yang disusun Baudelaire ABAB ABAB CCD CCD yang kurang lebih merupakan pola tidak umum pada sonet Prancis di masanya. Selain memainkan rima akhir, Baudelaire juga sering memainkan repetisi di awal baris puisi, tak hanya pada puisi di atas, namun terjadi juga pada puisi-puisi yang lainnya. Silakan pelajari lebih lanjut.

Berikut adalah karya-karya Baudelaire yang mungkin masih bisa dicari dan dipelajari,

Salon de 1845, (1845), Salon de 1846, (1846), La Fanfarlo, (1847), Les Fleurs du mal, (1857), Les paradis artificiels, (1860), Réflexions sur Quelques-uns de mes Contemporains, (1861), Le Peintre de la Vie Moderne, (1863), Curiosités Esthétiques, (1868), L'art romantique, (1868); Le Spleen de Paris, 1869. Paris Spleen (Contra Mundum Press: 2021); Translations from Charles Baudelaire, 1869 (Early English translation of several of Baudelaire's poems, by Richard Herne Shepherd); Å’uvres Posthumes et Correspondance Générale, 1887–1907; Fusées, 1897; Mon CÅ“ur Mis à Nu, 1897. My Heart Laid Bare & Other Texts (Contra Mundum Press: 2017; 2020); Å’uvres Complètes, 1922–53 (19 vols.); Mirror of Art, 1955; The Essence of Laughter, 1956; Curiosités Esthétiques, 1962; The Painter of Modern Life and Other Essays, 1964; Baudelaire as a Literary Critic, 1964; Arts in Paris 1845–1862, 1965; Selected Writings on Art and Artists, 1972; Selected Letters of Charles Baudelaire, 1986; Twenty Prose Poems, 1988; Critique d'art; Critique musicale, 1992; Belgium Stripped Bare (Contra Mundum Press: 2019);

Beberapa puisi Baudelaire sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, diantara oleh penyair Wing Karjo, dan buku Les Fleurs du Mal oleh Naning Scheid menjadi Bunga-Bunga Iblis (2024). 


Demikian. Sekian. Terimakasih.

CAG!

Aku Cinta Padamu.

Cacatan harian 10#

Mungkin kita hanya perlu diam dan senyum ketika paradoks berluang-ulang menemui kita. Sial kok dipelihara!


***


Referensi

Kurnia, Anton (2019). Ensiklopedia Sastra Dunia. Yogyakarta: Diva Press. hlm. 64

Scheid, Naning. 2022. Puisi – Puisi Les Fleurs du Mal Dari Charles Baudelaire. https://uritanet.com/2022/11/08/puisi-puisi-les-fleurs-du-mal-dari-charles-baudelaire/

___________. 2023. Puisi sebagai autobiografi: mengurai Les Fleurs du Mal (bunga-bunga iblis) karya Charles Baudelaire. Jabalbukusastra.com

Wikipedia. Charles Baudilaire. https://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Baudelaire#cite_note-12 edited 6/11/2024. akses 14/11/2024 

Lebih baru Lebih lama