Puisi: Oleh Sultan Musa

Oleh Sultan Musa


KARENA KAU UNTUK SESEORANG

Walau kau bukan kenangan, namun tak 

pernah gagal membentangkan diri atas jiwa 

tak terbalas

walau kau bukan harapan, namun tak pernah 

usai memperbaiki diri atas mimpi 

tak terwujud

; karena kau adalah suara rintik yang 

hadir pada cahaya seseorang

-2024


GA(DIS)TOPIA

dibawah awan rembang petang

seorang gadis menangis

dirundung sungkawa kemiskinan

kelu bertumpah ruah

sejauh melempar kesah

memaknai lebih dalam

karam di dasar kelesah 

puing keadaan negerinya

…..namun tak bisa berbuat banyak


busur deru garis waktu 

terus mencekik

Ia pun diam-diam merajut impian

tak henti berharap...

hanya ingin menjadikan negerinya

sebagai rumah...

aral tualang membuatnya kuat,

karena  apapun yang  terjadi hari ini

tetap didekapnya...


semakin hancur..... semakin lenggang

menyeringai langkahnya gontai

bagaimana pun tapaknya

agar tidak berserah.

Seringkali  airmatanya  beriringan tumbang

namun tak lupa kembali berpijak...

menggetarkan apa yang harus diperbuat

"selalu menjagamu....membelaimu....negeriku"  

ujarnya, diantara bait kelaparan meruncing


sampai kapan kelepak ini menderu ?

akhirnya bara kelak hanya cerita usang

butiran kelam merangkus peristiwa 

sembilu bangkai waktu sudah tertempuh


lihat betapa menyayat basah

lengan bajunya berlinang airmata...

menanti kering  untuk mengatakan

"negeri damai adalah titik kisar kelahiran kembali"

-2023


LUKISAN TIGA PEREMPUAN

I

Perempuan  yang  sedang  merakit

tubuh lagi, kelak  yang  dilahirkannya

kuat  tanpa  harus  tumbang  oleh  badai

teriring  mitos  belum  tentu  bisa dipercaya

namun,  ranum  di setiap musim  berlalu

selalu ada yang  abadi dari

sepanjang  hayat  kasihnya


II

Perempuan  yang  belum  selesai 

dengan dirinya

meredam  ramainya  isi  kepala

siapakah  dia  sesungguhnya ?

berkisah  memanjakan diri 

dibalik  mereka  yang  tak  paham

merajut  kegelisahan  menjadi

lukisan  kehidupan

merangkai  keseimbangan serupa

pelajaran  hayat

…..benar – benar  tidak  paham 

bahwa  ketidaktahuan  sumber

ketakutan


III

Perempuan  pengelana  pikiran

tempat  dimana  menyukai  hujan

membuatnya  menari  dalam  keteduhan

bertarung  bila  hanya gerimis;

karena ia hanya  mempercepat  kelam

dan  berjalan lambat

dibingkainya  langit  sebagai

catatan  musim  yang  terlipat

....ia hanya  terombang - ambing 

di antara tetap menikmati 

atau  pergi  menjauh ?

-2024


SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda - Kalimantan Timur. Tulisannya  tersiar  diberbagai  platform  media online &  media cetak  Nasional maupun Internasional.  Karya  -  karyanya  masuk  dalam  beberapa  Antologi  bersama  penyair  Nasional  &  Internasional. Buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” nomine buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Dan puisinya terpilih juga pada event "Challenge Heart and Art for Change" Collegno Fòl Fest Turin - ITALIA (2024). Tercatat  pula  dibuku  “Apa  &  Siapa  Penyair  Indonesia  –  Yayasan  Hari  Puisi  Indonesia” Jakarta  2017. Adapun  Instagram  :  @sultanmusa97

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak