William Blake (1757-1827) Penyair Romantik yang ‘Hidup’ setelah Mati

Oleh Rosida Erowati Irsyad

William Blake merupakan penyair, pelukis dan pemahat dari zaman Renaissance. Karya-karyanya kurang diperhitungkan saat dia masih hidup, namun setelah ia meninggal, puisi dan lukisannya mempengaruhi masa Romantik dan ia menjadi bagian dari penyair dan pelukis masa tersebut. Puisi-puisi ‘kenabian’-nya, disebut oleh kritikus abad ke-20, Northrop Frye, dihargai sebagai puisi-puisi yang paling banyak dibaca di dunia berbahasa Inggris, dan disebut sebagai ‘lagu kebangsaan kedua di Inggris pada abad ke-21’ oleh Ensiklopedia Britannica.

William Blake lahir di London tahun 1757 dan meninggal pada usia 80 tahun (1827). Ia terlahir sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pembuat celana di London. William bersekolah hanya sampai usia 10 tahun, kemudian ia dididik di rumah oleh ibunya, Catherine Blake. Keluarga Blake sangat religius. Meski orang tuanya memilih sebuah sekte Kristen Marovian, namun William dibaptis di St. James Church, Piccadilly, dan sejak kecil ia mengalami berbagai pengalaman mistis yang bersumber dari pengaruh Injil kepadanya. William kecil yang berkemauan kuat mulai belajar menggambar di sekolah menggambar Henry Pars, dan mengenal karya-karya Raphael, Michelangelo, Heemskerck dan Dürer. Pada usia 14 tahun, Blake mulai magang, bekerja sambil belajar, pada pemahat James Basire di Great Queen Street.  Pada usia 21 tahun, William mulai belajar di Royal Academy, London, dan memperoleh keahlian sebagai pemahat. Ia membiayai hidupnya dengan cara membuat ilustrasi untuk puisi bagi penerbit di London. Karena merasa ilustrasi puisinya kurang dihargai, maka Blake menciptakan puisi-puisinya sendiri yang kemudian ia lengkapi dengan ilustrasi. Tentang pendidikannya yang dilakukan di rumah oleh ibunya, William menulis sebaris puisi: 

Thank God I never was sent to school

To be Flogd into following the Style of a Fool

Ia dianggap gila oleh rekan-rekan semasanya karena pandangan-pandangannya yang unik pada masa itu (idiosinkratik), tapi kemudian karya-karyanya dipuji karena ekspresivitas dan kreativitasnya, serta gagasan filosofis dan mistis yang terkandung di dalamnya. Ia seorang theis yang mengikuti gaya teologis Marcionit, sehingga ia mengambil sikap berseberangan dengan Church of England. Lebih tepatnya, ia berseberangan dengan semua bentuk agama yang terorganisir. Ia menjalani aspek kehidupan beragama yang bersifat privat, dan tidak pernah menghadiri persembahan di manapun. Ia juga mendapatkan pengaruh yang kuat dari Revolusi Perancis dan Amerika. Puisi-puisinya mendapatkan tempat tersendiri selain karena isinya, juga karena ilustrasi yang ia buat bersama istrinya, Catherine Boucher. Catherine berperan sangat penting dalam penerbitan buku-buku puisi Blake, sebagai pembuat cetakan dan pewarna.

....

The Tyger

The Tyger” ialah salah satu puisi yang paling digemari dan paling banyak dipetik dari William Blake. Puisi ini muncul dalam "Songs of Experience," pertama diterbitkan pada 1794 sebagai bagian dari koleksi ​​"Songs of Innocence and Experience." Koleksi "Songs of Innocence" diterbitkan pertama kali—sendirian—pada tahun 1789. Gabungan "Songs of Innocence and Experience" yang kemudian muncul "menunjukkan dua keadaan jiwa manusia yang bertentangan," secara jelas menunjukkan niat pengarang untuk menyandingkan kedua kumpulan puisi.

Karya Puisi William Blake

Literatur tentang William Blake selalu menyebutkan dan memberikan paparan yang panjang tentang profesinya sebagai pemahat dan pembuat sketsa. Kedua profesi ini yang memberikan penghasilan kepada keluarga Blake. Karya-karya William dalam bentuk ilustrasi pahatan dan sketsa tidak populer karena selera estetiknya yang unik dan kerap disebut ‘wretched’ (murtad) dari estetika seni pada masanya. Penghasilan William biasanya didapatkan dari pemesan-pemesan individual, yang memesan karena menghargai senimannya, bukan karena mereka menyukai lukisan pahatan/sketsa William. Setelah beberapa kali gagal meraih kesuksesan komersial melalui ilustrasi pahat dan sketsa, William mulai jatuh miskin menjelang akhir hidupnya. Dikisahkan bahwa sen terakhir yang dimiliki William digunakan untuk membeli pensil, untuk menulis puisi, dan ia meninggal dengan kondisi merapalkan visi yang ia lihat menjelang nafas penghabisannya. 

Kumpulan puisi pertamanya, Poetical Sketches, diterbitkan tahun 1783. Pada tahun 1784, ia membuka toko cetakannya yang pertama, bersama teman pemagangnya, James Parker. Mereka mulai bekerja untuk penerbit radikal, Joseph Johnson, yang rumahnya juga menjadi tempat pertemuan bagi intelektual dan seniman terkenal di Inggris pada masa itu, yang juga menjadi para pengikut dan pengagum Revolusi Perancis dan Amerika. Blake bahkan mengenakan topi Phrygian untuk menunjukkan dukungannya kepada Revolusi Perancis. Namun kemudian, ia jerih ketika Pemerintahan Teror Robespierre dimulai.

William menerbitkan puisinya dengan cara yang tidak umum, yaitu menerbitkannya dengan teknologi dalam bentuk plat ilustratif, sebagaimana terlihat dalam ilustrasi The Tyger di atas. Plat-plat puisi ini dijual satuan dan diproduksi paling banyak sekitar 30-an. Untuk konteks abad medsos saat ini, gaya menulis puisi William Blake mungkin akan mudah diikuti oleh generasi Z, alfa dan beta dengan cara menyatukan antara visualisasi dan isi puisi.

Kumpulan-kumpulan puisinya, Songs of Innocence and Experience, The Book of Thel, The Marriage of Heaven and Hell, dan Jerussalem, dibuatkan ilustrasi oleh Blake sendiri dengan teknik pencetakan yang ia temukan sendiri, disebut relief etching. Karya-karya cetakan Blake hingga kini masih disimpan dan diteliti. Salah satu yang monumental adalah “Europe supported by America and Africa” yang menunjukkan lukisan tiga perempuan dengan warna kulit yang berbeda-beda (Eropa berkulit putih, Amerika berkulit coklat, dan Afrika berkulit hitam) di mana tangan perempuan Eropa merangkul pundak perempuan Amerika sementara ia dipeluk olah perempuan Afrika. Ilustrasi ini memperlihatkan pandangan Blake yang mendukung kesetaraan di antara semua ras, serta dukungannya kepada kesetaraan perempuan pada masa itu.

Karya Blake ketika ia pindah ke Felpham untuk bekerja kepada seorang penyair yang tidak begitu terkenal pada masa itu, William Hayley, berjudul Milton: A Poem. Masa tinggalnya di Felpham sampai tahun 1804 membuat Blake merasakan ketidakpuasan dan berseteru dengan pengayomnya, Hayley, juga berkelahi dengan seorang prajurit, John Schofield. Kedua peristiwa ini membuatnya tidak dapat menyelesaikan Milton di sana dan baru menyelesaikannya setelah pindah kembali ke London.

Puisi-puisi William berisi mitos-mitos yang ia ciptakan sendiri. Mitos-mitos ini ia tampilkan dalam kumpulan puisinya “The Book of Thel” (1789). Ia membicarakan lebih jauh tentang asali kehidupan dengan pertanyaan-pertanyaan dari sang gembala Thel, “Why fade these children of the spring? Born but to smile & fall.” (Mengapa kanak-kanak musim semi menghilang? Terlahir untuk tersenyum dan gagal). Pertanyaan ini dijawab oleh makhluk-makhluk alam lain seperti Lily of The Valley, The Cloud dan The Clod of Clay yang merepresentasikan air, udara, dan tanah. Puisi ini berakhir dengan Thel yang ketakutan melihat makamnya sendiri, mengkerut dan kembali ke rumahnya di lembah. 

Puisi berikutnya, The Marriage of Heaven and Hell, dikenal sebagai salah satu puisi terkenal William. Puisi ini dibuat dalam bentuk prosa dan merupakan parodi dari pendeta yang dikagumi William, Emmanuel Swedenborg, yang memberikan pengaruh besar kepadanya. Dalam puisi ini digambarkan tentang hal-hal yang dilihat dan didengar di Surga dan Neraka dalam “Memorable Relations” dan “Memorable Fancies”. Puisi ini diakhiri dengan penghormatan kepada para korban Bastille pada tahun 1789, “Let the Priests of the Raven of dawn, no longer […] curse the son of joy […] For every thing that lives is Holy.”

Spiritualitas dalam Karya William Blake

William yang dibesarkan dalam keluarga religius Kristen, mengakui mengalami banyak pengalaman mistik sejak ia kecil. Saat berusia empat tahun, ia melihat Tuhan di jendelanya. Hal ini dikisahkan oleh sahabatnya, seorang jurnalis, Henry Crabb Robinson. Dalam salah satu biografi William, ia juga dikisahkan melihat penampakan Nabi Ezekiel di bawah sebuah pohon di sebuah tanah lapang dan ia melihat pohon yang dipenuhi bidadari dengan sayap terang yang terkepak. Robinson menceritakan bahwa William mengungkapkan pengalaman spiritualnya dengan nada biasa, seolah hal itu bagian dari pengalaman sehari-hari. Sejak kecil William mengira semua orang mendapatkan pengalaman yang sama, namun pengalaman itu terlupakan karena tidak dikembangkan. Ia sempat dirisak oleh teman-temannya ketika ia sedang magang karena melihat dan mengalami visi-visi mistik spiritual tersebut saat melukis di keuskupan Wesminster Abbey.

Energi spiritual ini mewarnai seluruh karya kreatif William. Ia juga menuliskan kepada pengayomnya di Felpham, William Hayley, “I am under the direction of Messenger from Heaven Daily & Nightly” (Aku-siang dan malam-di bawah perintah Pembawa Pesan dari Surga). Ia menuliskan dalam puisinya “Auguries of Innocence”, tujuan kreativitasnya:

To see a world in a Grain of Sand

And a Heaven in a Wild Flower

Hold Infinity in the palm of your hand

And Eternity in an hour.


Memandang dunia dalam Butiran Pasir

Dan Surga di dalam Bunga Liar

Memegang Ke-tak-terbatasan di dalam genggamanmu

Dan Keabadian di dalam waktu.


William dikabarkan selalu mabuk dengan visi intelektual ketika ia mulai memegang pensil atau alat pahat, hingga istrinya, Catherine, mengatakan “aku sedikit saja ditemani oleh Mr. Blake, ia selalu berada di Surga.” Hal ini menunjukkan bagaimana intensitas proses penciptaan William dipenuhi oleh energi spiritual yang membimbingnya berkarya. 

Cinta Mati William Blake

Kehidupan suami-istri William Blake dan Catherine Sophia Boucher berlangsung dengan penuh kesetiaan dan kepuasan. William berjumpa dengan Catherine yang cantik dan buta huruf, putri seorang pembuat taman, dari sebuah pertanian desa di seberang Sungai Thames, London. Setelah menyatakan cintanya, William kembali ke rumahnya dan bekerja untuk keamanan keuangan pernikahan mereka. Mereka menikah setahun kemudian, pada 1782. William mengajarkan Catherine membaca, menulis, menggambar dan mewarnai sehingga ia dapat membantu William dalam mengerjakan pencetakan dan pewarnaan. Catherine mempercayai visi-visi spiritual yang dialami oleh William dan setelah William meninggal, ia dikisahkan mengalami sendiri visi di mana ia melihat William di rumah mereka. 

Omah Talas, 17 April 2025

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak